BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat
memprihatinkan. Hal ini terbukti dengan peristiwa – peristiwa tawuran para
pelajar yang saat ini sedang maraknya terjadi. Tawuran sudah tidak lagi menjadi
pemberitaan yang asing lagi ditelinga kita .
Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota
– kota besar di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di
bahas. Perilaku pelajar yang anarkis berasal dari banyak faktor yang
mempengaruhi baik faktor internal ataupun eksternal.Tawuran pelajar bukan hanya
mengakibatkan kerugian harta benda atau korban cidera tetapi bisa sampai
merenggut nyawa orang lain. Di mata mereka nyawa tidak ada harganya, bahkan
mereka merasa bangga jika berhasil membunuh pelajar sekolah lain yang mereka
anggap musuh mereka. Kekerasan dianggap sebagai solusi yang paling tepat untuk
menyelesaikan suatu masalah tanpa memikirkan akibat-akibat buruk yang
ditimbulkan.
Tawuran antar pelajar semakin menjadi
semenjak terciptanya geng-geng, Perilaku anarki ini selalu dipertontonkan di
tengah-tengah masyarakat, mereka sudah tidak merasa kalau perbuatan mereka itu
sangat tidak terpuji dan mengganggu ketenangan masyarakat, sebaliknya mereka
merasa bangga jika masyarakat itu takut dengan geng atau kelompoknya, padahal
seorang pelajar seharusnya tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji seperti
itu.
Pada saat bersamaan masyarakat hanya bisa menyaksikan
kekerasan demi kekerasan terjadi antara mereka dan seringkali mencaci perbuatan
mereka tanpa berusaha mencari solusi yang bijak akan permasalahan
tersebut. Memojokkan mereka dari sudut pandang negatif yang ada,
seolah-olah seperti seorang terdakwa yang telah mendapat vonis hukum, yang
dipastikan sebentar lagi akan masuk penjara. Padahal sebenarnya tidak bisa
dikatakan sepenuhnya bahwa kesalahan itu berasal dari dalam diri atau faktor
internal pelajar itu sendiri.
Masyarakat yang peduli terhadap lingkungan remaja
menjadi sangat penting untuk menciptakan suasana yang bersahabat dengan mereka.
Masyarakat sering tidak peka terhadap respon yang di timbulkan remaja. Sehingga
tidak sedikit remaja mengalami semacam gejolak jiwa yang berupa agresi guna
menunjukkan keberdaan mereka dalam suatu lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah kami yaitu :
1.
Apa pengertian tawuran?
2.
Apa faktor yang menyebabkan terjadinya tawuran?
3.
Apa dampak dari tawuran?
4.
Bagaimana cara mencegah terjadinya tawuran?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah kami yaitu:
1.
Berbagi informasi mengenai tawuran antar pelajar.
2.
Memberikan gambaran kepada pembaca dampak tawuran
kelompok pelajar.
3.
Mengetahui
peran keluarga, guru dan Pemerintah terhadap kecenderungan kenakalan remaja
khususnya tawuran antar pelajar.
4.
Cara
mengatasi Tawuran antar pelajar.
D.
Sasaran
Penulisan ini ditujukan kepada seluruh kalangan
masyarakat khususnya para pelajar dimana akhir-akhir ini sering terjadi tawuran
antar pelajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian tawuran
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang
meliputi banyak orang.
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar
usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile
deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke
dalam 2 jenis delikuensi yaitu
1.
Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena
adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu
biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2.
Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat
perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini
ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk
berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang
diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja
seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan
genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya
peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok
teman sebayanya.
Menurut Mansoer (dikutip dalam Solikhah, 1999)
“perkelahian pelajar” atau yang biasa disebut dengan tawuran adalah perkelahian
massal yang merupakan perilaku kekerasan antar kelompok pelajar laki-laki yang
ditujukan pada kelompok pelajar dari sekolah lain.
Tawuran adalah salah satu bentuk kenakalan
remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan melanggar aturan
yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri
maupun orang lain. Umumnya dilakukan oleh remaja di bawah umur 17 tahun.
Aspek kecenderungan kenakalan remaja terdiri
dari :
a. Aspek perilaku yang melanggar
aturan atau status.
b. Perilaku yang membahayakan diri
sendiri dan orang lain.
c. Perilaku yang mengakibatkan
korban materi.
d. Perilaku yang mengakibatkan
korban fisik.
Tawuran atau Tubir adalah istilah yang sering
digunakan masyarakat Indonesia, khususnya di kota-kota besar sebagai perkelahian
atau tindak kekerasan.Biasanya dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun
masyarakat. Tawuran merupakan suatu penyimpangan sosial yang berupa
perkelahian.
Tawuran merupakan suatu kegiatan perkelahian atau
tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat.
B. Faktor-faktor penyebab
tawuran
Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan
tawuran pelajar, diantaranya :
1. Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi
didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi
diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua
pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya
tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia
tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya
dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam.
Para remaja yang mengalami
hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir
terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu,
ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya
perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri,
tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya
membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang
sekelilingnya.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar
individu, yaitu :
a. Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari
orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang
dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia
akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari
keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab
kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa
tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik
dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan
hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja
dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi
anak (hawari, 1997).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah
satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai
figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran
orangtua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku baik.
b. Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai
secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah
untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa
menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya
kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya disekolah tidak jarang ditemukan
ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak
muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan.
Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut
untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
c. Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat
mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah
yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik.
Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para
remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya
juga bisa mengakibatkan tawuran.
d. Faktor Pacar
Masalah pacar seperti berebut pacar, saing-saingan
pacar, ada yang menggoda pacar satu sekolah, juga acapkali menimbulkan tawuran
yang kemudian bereskalasi menjadi tawuran antar sekolah yang melibatkan massa
yang besar karena solidaritas atas sesama.
e. Faktor Geng
Hampir setiap sekolah terutama sekolah negeri memiliki
geng yang didirikan oleh kakak-kakak kelas, yang kemudian diwariskan kepada
adik-adiknya di sekolah. Proses pewarisan geng ini kepada adik kelas sekaligus
menanamkan budaya geng yang harus ditaati dan dilaksanakan telah menjadikan sekolah
sebagai pusat tawuran dan bullying. Mereka yang sudah telanjur menjadi anggota
geng, tidak berani mengundurkan diri, karena takut mendapat perlakukan kasar
dan membahayakan jiwa mereka. Pengaruh alumni dari geng suatu sekolah sangat
kuat, sehingga kekerasan seolah menjadi budaya yang sulit dihapus.
6. Faktor
Ekonomi
Masalah ekonomi juga acapkali menjadi faktor yang
menyebabkan terjadinya tawuran. Kesenjangan ekonomi antar pelajar, dan
persaingan antar sesama, menyebabkan sering terjadi tawuran di kalangan pelajar
dan masyarakat.
C. Macam-macam tawuran
1. Tawuran di tingkat sekolah
Tawuran paling banyak diartikan sebagai perkelahian
massal antaradua kubu siswa suatu sekolah. Misalnya tawuran antar SMA C melawan
SMA D yang sering diakibatkan oleh hal-hal sepele, mulai dari saling mengejek,
sampai tawuran karena salah satu sekolah memang ingin mengajak tawuran sekolah
lain karena hanya ingin bersenang-senang.
2. Tawuran di tingkat fakultas
Tawuran di tingkat fakultas (kampus) biasanya
dilakukan antar mahasiswa kampus itu sendiri, namun berbeda
faklutas.Misalnya mahasiswa fakultas XXX mempunyai masalah dengan fakultas
lain; maka tawuran biasanya akan terjadi di dalam area universitas / kampus.
Sebab tawuran di tingkat fakultas biasanya hampir sama dengan sebab tawuran di
tingkat sekolah.
D. Dampak
Tawuran
Tawuran antar pelajar yang ada di Indonesia saat ini
sudah menjadi agenda rutin dan sepertinya sudah membudaya dalam kalangan
mereka. Banyak tawuran yang terjadi antar sekolah hanya karena dendam dari
alumni yang tidak terbalas dan akhirnya menjadi budaya turun temurun yang
susah untuk dihapuskan atau dihilangkan dari sekolah tersebut. Apabila tawuran
tetap ditumbuh kembangkan di kalangan pelajar maka akan menimbulkan dampak
negatif berupa kerugian. Tidak hanya bagi mereka para pelajar dan sekolah yang
bersangkutan, namun juga masyarakat sekitar.
Kerugian tersebut antara lain:
1. Kerusakan tempat tawuran / material.
Dalam kerusakan di tempat
mereka melakukan aksi tersebut kebanyakan dari para pelaku tawuran tidak mau
bertanggung jawab atas kerusakan yang mereka timbulkan.Biasanya mereka hanya
lari setelah puas melakukan tawuran. Contohnya pecahnya kaca pada mobil,
perusakan fasilitas umum, pembakaran ban ataupun kendaraan bermotor dsb.
2. Rusaknya citra baik sekolah.
Pencitraan yang baik yang
telah dibangun oleh para perangkat sekolah, baik itu kepala sekolah, jajaran
guru dan karyawan, serta prestasi yang diraih oleh murid yang lain akan pudar
dan sirna apabila murid-murid yang lain masih mempertahankan tradisi
tawuran. Akibatnya di tahun ajaran berikutnya, peminat calon murid baru
akan berkurang.
3. Adanya korban jiwa.
Tawuran antar pelajar
selain merugikan secara material juga mengakibatkan adanya korban jiwa.
Misalnya tawuran antar pelajar yang menggunakan senjata tajam seperti batu,
clurit, dan senjata tajam lainnya menyebabkan adanya korban luka baik korban
luka ringan maupun berat, dan bisa juga ada korban meninggal.
E. Dampak psikis.
Contohnya keresahan
masyarakat dan traumatik. Keresahan masyarakat ini akan menimbulkan rasa tidak
percaya terhadap generasi muda yang seharusnya menjadi agen perubahan bangsa.
Selain keresahan itu, traumatik bisa dialami oleh masyarakat yang ada di lokasi
saat terjadi tawuran. Masyarakat akan menjadi takut dan tidak berani lagi
berhadapan dengan kelompok pelajar.
1. Rasa malu orang tua dan pihak sekolah atas
ketidakberhasilan mendidik anak didiknya.
2. Proses pembelajaran yang tertunda, dikarenakan
skorsing ataupun di keluarkan dari sekolah.
3. Dipenjarakan.
4. Menurunnya moralitas para pelajar
Yang paling dikhawatirkan
oleh para pendidik adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi,
perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu belajar bahwa
kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan
karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang
terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan
hidup bermasyarakat di Indonesia.
Kita harus semakin
prihatin akan peristiwa yang terjadi disekitar kita, karena banyak faktor yang
melatar belakanginya, antara lain faktor internal, yaitu pribadi atau individu
dan faktor eksternal, seperti : orang tua, sekolah, dan lingkungan
sekitar, dalam hal ini orang tua sangat memiliki peranan penting dalam mendidik
anak, karena teladan dan contoh yang baik bisa membuat seorang anak menjadi
baik, begitupula sebaiknya, dan peran serta sekolah serta lingkungan juga
sangat diharapkan, dimana kondisi yang kondusif bisa berdampak pada keadaan
sekitar.
Perkelahian
terjadi karena adanya situasi yang mengharuskan mereka untuk berkelahi.
Biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat
kekerasan makin mewabah di mana-mana. Wajah-wajah beringas para remaja kita
telah menjadi momok tersendiri di tengah-tengah masyarakat yang makin tak
karuan ini. Karena para remaja nantinya akan jadi generasi akan menjadi penerus
bangsa ini dan mampu menjadi pemimpin keluarga masa kelak mendatang. Banyak hal
yang bisa dipelajari dari peristiwa ini, selain dari dampak yang tentunya
sangat-sangat merugikan diri sendiri dan juga orang lain, serta cara-cara yang
bisa diterapkan untuk menghindari terjadinya tawuran.
F.
Masalah Yang Timbul Di
Masyarakat Sinjai
1.
Tawuran antar Remaja di Sinjai
FAJARONLINE.COM,
SINJAI --
Kepolisian Sektor (Polsek) Sinjai Utara berhasil mendamaikan tawuran antar
kelompok remaja di Kabupaten Sinjai. Caranya, dengan melakukan langkah
preventif untuk mempertemukan kedua belah pihak, Rabu (7/6/2017).
Pada
Sabtu (3/6/2017) lalu, telah terjadi kesalah pahaman antara Andi Azwadi Alqamry
Ma'mur (19) bersama beberapa temannya dengan Ilham Syahrir (14), yang berujung
saling menyerang antar kelompok.
Olehnya
itu, pihak Kapolsek Sinjai Utara, AKP Abdul Haris, melakukan mediasi melalui
unit Reskrim Sek Sinjai Utara. Dengan menghadirkan kedua belah pihak bersama
orang tua masing-masing.
Mereka
telah dibuatkan surat pernyataan untuk disepakati bersama. Perdamaian ini pun
tercapai setelah kedua belah pihak membubuhkan tanda tangan dalam surat
pernyataan itu.
Disaksikan
oleh orang tua, Bhabinkamtibmas Polsek Sinjai Utara, dan Kepala Kelurahan.
Setelah bertandatangan, mereka saling berjabat tangan dan berpelukan. Lalu,
surat pernyataan itu akan diberikan kepada Kepala Kelurahan dan kedua belah
pihak. (sir)
2.
Tawuran Remaja di Sinjai Barat
TRIBUN-TIMUR.COM,
MAKASSAR-- Polsek Sinjai Barat mendamaikan sejumlah siswa Sekolah
Madrash Aliyah (MA) Tengnga Lembang, Kecamatan Sinjai Barat, Sinjai, Sulawesi
Selatan yang bertikai.
Sejumlah
siswa di MA Tengnga Lembang bertikai pada Sabtu (13/1/2018) lalu.
Dan
pagi tadi anggota Polsek Sinjai Barat mengumpulkan mereka
yang tawuran.
"Yang
bertikai ini adalah sesama siswa sendiri di MA Tengnga Lembang dan saat ini
sudah kami damaikan dan memberinya pemahaman," kata Kapolsek Sinjai Barat,
AKP Kasri, Senin (15/1/2018).
Polisi
juga melibatkan seluruh tokoh masyarakat, para guru, kepala desa dan orang tua
masing-masing siswa yang tawuran. (*)
G. Solusi
Mencegah Tawuran
1. Memberikan pendidikan moral
untuk para pelajar . Pelajaran agama di sekolah ataupun bangku kuliah harus
lebih di fokuskan sejak dini kepada generasi muda sekarang agar dapat
membentengi mereka dari hal yang negatif,khusunya dalam agama Islam , islam
tidak pernah mengajarkan kekerasan dalam kehidupan,semua permasalahn bisa
diselesaikan secara terbuka tanpa adanya kekerasan.
2. Menghadirkan seorang figur yang
baik yang bisa dijadikan teladan bagi anak-anaknya conntohnya orang tua,guru
sebaiknya memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya sehingga mereka akan
meniru hal-hal yang baik pula.
3. Memfasilitasi para pelajar baik
dirumah maupun disekolah serta di bangku perguruan tinggi.Dalam artian terdapat
lembaga/wadah untuk menyalurkan potensi dan bakat yang ada pada generasi muda
untuk mengisi waktu luangnya ke arah yang bermanfaat sekaligus mendidik dan
tentunya menjauhkan dari hal yang berbau anarkisme.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari apa yang dipaparkan di atas adalah,tindakan
tawuran memang meresahkan masyarakat lainnya,tetapi di satu pihak mereka
menganggap tawuran tersebut adalah sesuatu yang tidak mereka anggap
buruk,karena suatu alasan yang lain.dan sampai sekarang masalah tawuran di Kota
Jakarta masih sering terjadi,karena aparat serta pihak-pihak yang lain masih
melihat suatu permasalahannya dari sudut luarnya saja dan masih menganggap
pelaku tawuran tersebut adalah seorang kriminil,kurangnya transparansi dari pihak-pihak
keluarga ataupun lingkungan,seharusnya masalah ini tidak diselesaikan dengan
cara yang keras,harus ada pendekatan-pendekatan yang lebih dalam kepada para
pelaku.jangan menjahui para pelaku.
B. Saran
Dalam menyikapi
masalah remaja terutama tentang tawuran pelajar diatas, kami memberikan
beberapa saran. Diantaranya :
1.
Membuat Peraturan Sekolah Yang Tegas
Bagi siswa siswi yang terlibat dalam tawuran akan
dikeluarkan dari sekolah. Jika semua siswa terlibat tawuran maka sekolah akan
memberhentikan semua siswa dan melakukan penerimaan siswa baru dan pindahan.
Setiap pelajar siswa siswi harus dibuat takut dengan berbagai hukuman yang akan
diterima jika ikut serta dalam aksi tawuran. Bagi yang membawa senjata tajam
dan senjata khas tawuran lainnya juga harus diberi sanksi.
2.
Memberikan pendidikan anti tawuran
Pelajar diberikan pemahaman tentang tata cara
menghancurkan akar-akan penyebab tawuran dengan melakukan tindakan-tindakan
tanpa kekerasan jika terjadi suatu hal, selalu berperilaku sopan dan melaporkan
rencana pelajar-pelajar badung yang merencanakan penyerangan terhadap pelajar
sekolah lain. Jika diserang diajarkan untuk mengalah dan tidak melakukan
serangan balasan, kecuali terpaksa.
3.
Memisahkan pelajar berotak kriminal
dari pelajar yang lain
Setiap manusia memiliki sifat bawaan masing-masing.
Ada yang baik, yang sedang dan ada yang kriminil. Daripada menularkan sifat
jahatnya kepada siswa yang lain lebih baik diidentifikasi dari awal dan
dilakukan bimbingan konseling tingkat tinggi untuk menghilangkan sifat-sifat
jahat dari diri siswa tersebut. Jika tidak bisa dan tetap berpotensi tinggi
membahayakan yang lain segera keluarkan dari sekolah.
4.
Kolaborasi belajar bersama antar sekolah
Selama ini belajar di sekolah hanya di situ-situ saja
sehingga tidak saling kenal mengenal antar pelajar sekolah yang satu dengan
yang lainnya. Seharusnya ada kegiatan belajar gabungan antar sekolah yang
berdekatan secara lokasi dan memiliki kecenderungan untuk terjadi tawuran
pelajar. Dengan saling kenal mengenal karena sering bertemu dan berinteraksi
maka jika terjadi masalah tidak akan lari ke tawuran pelajar, namun
diselesaikan dengan cara baik-baik.
5.
Membuat program ekstrakurikuler tawuran
Diharapkan setiap sekolah membuat ekskul konsep baru
bertema tawuran, namun tawuran pelajar yang mendidik, misalnya tawuran ilmu,
tawuran olahraga, tawuran otak, tawuran dakwah, tawuran cinta, dan lain
sebagainya yang bersifat positif. Tawuran-tawuran ini sebaiknya bukan bersifat
kompetisi, tetapi bersifat saling mengisi dan bekerjasama sehingga bisa
bergabung dengan ekskul yang sama di sekolah lain.
6.
Patroli polisi dan satpol PP
Patroli polisi dan satpol PP diintensifkan saat jam
pulang sekolah, karena siswa atau mahasiswa yang berbeda almamater biasanya
akan cepat tersulut emosinya saat mereka berpapasan dengan jumlah yang banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Mohammad dan Mohammad Asrori. 2008. Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Dessy
anwar.”Kamus Lengkap Bahasa Indonesia”.2001.Karya Abditama:Surabaya.
http://daimadi.blogdetik.com/2010/04/27/tawuran-pelajar-comment-page-1/
http://fajaronline.co.id/2017/06/07/begini-cara-polsek-sinjai-utara-damaikan-tawuran-antar-kelompok-remaja
http://firstyavishasepti.blogspot.co.id/2013/05/penyebab-tawuran-antar-warga-di-tiap.html
http://iftitahnj.blogspot.com/2011/06/makalah-tawuran-pelajar.html
http://makassar.tribunnews.com/2018/01/15/kerap-bertikai-polsek-sinjai-barat-damaikan-siswa-ma-tengnga-lembang
Soetomo.”Masalah
sosial dan Upaya pemecahannya” 2011:Pustaka pelajar.
Wilis,
Sofyan S. 2005. Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta.
Komentar
Posting Komentar