BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan satu-satunya ajaran agama yang
hakekatnya adalah untuk keselamatan umat manusia. Hal ini dibuktikan dalam
konteks ajarannya yang mengandung nilai-nilai Rahmatan lil alamin, artinya
ajarannya bersifat universal, tidak hanya dikhususkan kepada umat Islam,
sebaliknya dapat meletakkan dasar-dasar dan pola hidup yang tepat untuk
dilaksanakan oleh segenap umat manusia.
Berbicara
tentang dakwah, kita sebagai umat muslim diharuskan. Memahami esensi dari makna
dakwah itu sendiri, kegiatan dakwah sering dipahami sebagai upaya untuk
memberikan solusi islam terhadap berbagai masalah dalam kehidupan, Inilah
yang membuat kegiatan atau aktivitas dakwah boleh dan harus dilakukan oleh
siapa saja yang mempunyai rasa keterpanggilan untuk menyebarkan nilai-nilai
islam. Oleh karena itu aktivitas dakwah memang harus berangkat dari kesadaran
pribadi yang dilakukan oleh orang per orang dengan kemampuan minimal dari siapa
saja yang dapat melakukan dakwah.
Begitu sempurnanya agama islam, karna semua telah diatur dan tersurat dalam Al
quran dan hadits. Perihal dakwah sudah tentu didasarkan pada al quran dan
hadits dan rujukan rujukan yang lain, karna itu perlunya kami untuk menjelaskan
dasar dan tujuan dari dakwah itu sendiri, guna terpahami hakikat dakwah bagi
semua kalangan.
Dakwah merupakan bagian yang sangat penting di dalam
Islam, karena berkembang tidaknya ajaran
agama Islam dalam kehidupan masyarakat
merupakan aktifitas dari berhasil tidaknya dakwah yang dilaksanakan, sebagai ajaran yang menuntut
penyampaian dan penyebaran. Setiap
muslim senantiasa berada dalam kisaran fungsi dan misi risalah melalui media dakwah, baik ke dalam maupun ke
luar lingkungan umat Islam, dengan
memperhatikan akidah, akhlak, dan ketentuan lainya yang intinya sesuai dengan konsep Islam (
Saefudin, 1996 : 1 ).
Dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis)
yang dimanifestasikan dalam suatu sistem
kegiatan manusia beriman dalam bidang
kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur
untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran kenyataan indifidual dan
sosio kultural dalam mengusahakan
terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara
tersebut.
Masyarakat merupakan sebuah komunitas yang tak dapat
dipisahkan dari budaya. Budaya itu yang kemudian membedakan antar satu
komunitas dengan komunitas yang lain. Budaya berpengaruh pula terhadap adat
kebiasaan, pola pikir serta sikap setiap individu yang tergabung di dalamnya.
Orang sunda berbeda dengan orang batak dari berbagai sisi, mulai bahasa, etika
serta standar kepribadiannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah
1.
Bagaimana
pengertian dari dakwah?
2.
Apa
saja landasan dari dakwah islam?
3.
Apa
saja karakter dari sebuah dakwah islam?
4.
Apa
saja Faktor-faktor keberhasilan dari sebuah dakwah islam?
5.
Apa
saja sarana dan realisasi target sebuah dakwah?
6.
Bagaimanakah
dakwah dalam lingkungan masyarakat?
7.
Bagaimanakah
pengaruh dakwah islam terhadap individu dan masyarakat?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari dakwah
2.
Untuk
mengetahui landasan dari dakwah islam
3.
Untuk
mengetahui karakter dari sebuah dakwah islam
4.
Untuk
mengetahui Faktor-faktor keberhasilan dari sebuah dakwah islam
5.
Untuk
mengetahui sarana dan realisasi target sebuah dakwah
6.
Untuk
mengetahui dakwah dalam lingkungan masyarakat
7.
Untuk
mengetahui pengaruh dakwah islam terhadap individu dan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dakwah
Dakwah secara bahasa mempunyai makna bermacam-macam;
1.
النداء
: memanggil dan menyeru,[1]
2.
Menegaskan
atau membella, baik terhadap yang benar atau yang salah, yang positif atau
negatif.[2]
3.
Suatu
usaha berupa perkataan atau pun perbuuatan untuk menarik seseorang kepada suatu
ailiran atau agama tertentu.[3]
4.
Do’a
(permohonan),
5.
Meminta
dan mengajak seperti ungkapan, da’a bi as-syai’ yang artinya meminta
dihidangkan ataudidatangkan makanan atau minuman.[4]
Secara terminologi, para ulama berbeda pendapat dalm
menentukan dan mendefinisikan dakwah. Sebagian ulama seperti yang diungkapkan
oleh Muhammad Abu al-Futut dalam kitabnya al-Madkhal ila ilm
ad-Da’wat mengatakan, bahwa dakwah adalah menyampaikan (at-tabligh) dan
menerangkan (al-bayan) apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.[5]
Sebagian lagi menganggap dakwah sebagai ilmu dan
pembelajaran (ta’lim).[6]
Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai
berikut:
1.
Prof.
Toha Yaahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai upaya mengajak umat
dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan
untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.
2.
Syaikh
Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan definisi
dakwah sebagai berikut: dakwah Islam yaitu; mendorong manusia agar berbuat
kebaikan dan mengikuti petunjuk (hidayah), menyeru mereka berbuat kebaikan dan
mencegah dari kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
3.
Hamzah
Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmah
(kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
4.
Menurut
Prof Dr. Hamka dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut suatu
pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan substansi terletak pada
aktivitas yang memerintahkan amar ma’ruf nahi mungkar.
5.
Syaikh
Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah menyeru kepada kebaikan dan
mencegah dari kemungkaran adalah fardlu yang diwajibkan kepada setiap
muslim[7]
Dari beberapa definisi di atas secara singkat dapat
disimpulkan bahwa dakwah merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh informan
(da’i) untuk menyampaikan informasi kepada pendengar (mad’u) mengenai kebaikan
dan mencegah keburukan. Aktivitas tersebut dapat dilakukan dengan menyeru,
mengajak atau kegiatan persuasif lainnya.
Islam sebagai agama merupakan penerus dari
risalah-risalah yang dibawa nabi terdahulu, terutama agama-agama samawi seperti
Yahudi dan Nasrani. Islam diturunkan karena terjadinya distorsi ajaran agama,
baik karena hilangnya sumber ajaran agama sebelumnya ataupun pengubahan yang
dilakukan pengikutnya. Dalam agama Nasrani misalnya, hingga saat ini belum
ditemukan kitab suci yang asli.[8]
Dari sekian definisi dakwah yang telah dipaparkan,
melihat para ulama sepakat bahwa dakwah adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan
dan mengajarkan serta mempraktekkan ajaran islam di dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Landasan Dakwah Islam
Dakwah merupakan kewajiban yang syar’i. Hal ini
sebagaimana tercantum di dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (Q.S. An-Nahl [16]:125)
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran
[3]: 104)
C.
Karakter
Dakwah Islam
Apabila dikatakan “dakwah islamiah”, maka yang
dimaksudkan adalah “Risalah terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai wahyu dari Allah dalam bentuk kitab yang tidak ada kebatilan di
dalamnya, baik di depan atau belakangnya, dengan kalam-Nya yang bernilai mukjizat,
dan yang ditulis di dalam mushaf yang diriwayatkan dari Nabi Saw dengan Sand
yang mutawatir, yang membacanya bernilai ibadah”.[9]
Dengan penjabaran demikian, dakwah Islam
memiliki beberapa karakter yang membedakannya dari dakwah-dakwah yang lain. Ada
beberapa karakteristik di antaranya ialah:
1.
Rabaniyah, artinya bersumber dari wahyu Allah Swt.
2.
Wasathiyah, artinya tengah-tengah atau seimbang
3.
Ijabiyah, artinya positif dalam memandang alam, manusia,
dan kehidupan
4.
Waqi’iyah, artinya realistis dalam memperlakukan individu
dan masyarakat
5.
Akhlaqiyah, artinya sarat dengan nilai kebenaran, baik
dalam sarana maupun tujuannya
6.
Syumuliyah, artinya utuh dan menyeluruh dalam manhajnya
7.
Alamiyah, bersifat mendunia
8.
Syuriyah, berpijak di atas prinsip musyawarah dalam menentukan
segala sesuatunya
9.
Jihadiyah, artinya terus memerangi siapa saja yang berani
menghalang-halangi Islam, dan mencegah tersebarnya dakwah.
D.
Faktor-Faktor
Keberhasilan Dakwah Islam
Dakwah tidak akan berhasil apabila seorang da’i
tidak menyerahkan dirinya secara totalitas untuk berjuang di jalan Allah.
Dakwah yang berhasil ialah dakwah yang efektif membimbing manusia untuk amar
ma’ruf dan nahi mungkar. Banyak faktor yang mendukung keberhasilan dakwah ini,
di antaranya ialah:
1.
Pemahaman yang
mendalam
2.
Keimanan yang kuat
3.
Kecintaan yang kukuh
4.
Kesadaran yang
sempurna
5.
Kerja yang kontinu
Dalam rangka mencapai tujuan yang mulia itu,
seorang muslim harus bersedia menjual diri dan hartanya kepada Allah, sampai
dia tidak memiliki apa-apa. Dia menjadikan dunia hanya untuk dakwahnya, demi
untuk memperoleh keberhasilan akhirat, sebagai pembalasan atas
pengorbanannya. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Allah telah membeli
dari orang-orang yang beriman diri dan harta mereka dengan memberikan surga
untuk mereka (At-Taubah:111)
E.
Sarana
Dakwah dan Realisasi Target
Dengan pemahaman yang benar terhadap dakwah,
kita berupaya melaksanakan pemahaman ini agar terjelma dalam kehidupan yang
nyata, dan prinsip-prinsip yang dilaksanakan dapat disaksikan dan dirasakan
pengaruhnya oleh manusia. Hal itu dilakukan melalui upaya untuk merealisasikan
target-target berikut ini:
1.
Ishlah An-Nafs (perbaikan jiwa), sehingga menjadi seorang
muslim yang kuat fisiknya, baik akhlaknya, luas wawasan berpikirnya, mampu
bekerja, bersih akidahnya, benar ibadahnya dan bermanfaat untuk orang lain.
Perbaikan ini menuntun hingga menjadi manusia asan takwim.
2.
Membina rumah tangga
islami sehingga berimbas pada harmonisasi kehidupan dalam lingkup keluarga
maupun masyarakat luas.
3.
Irsyad
Al-Mujtama’ (memberi pengarahan
kepada masyarakat) yakni dengan menanamkan prinsip amar ma’ruf nahi mungkar.
4.
Berdakwah kepada
pemerintah untuk menerapkan syariat Allah dengan segala metode yang bijaksana
dan akhlak islami
5.
Berdakwah untuk
mewujudkan persatuan Islam dengan cara misalnya melakukan konsolidasi kepada
negara-negara Islam.[11]
Cara untuk mewujudkan target mulia tersebut
ialah dengan cara sebagai berikut:
1.
Melalui dakwah yang
disampaikan dengan hikmah (bijaksana), nasihat yang baik, dan bantahan dengan
yang baik pula
2.
Dengan pendidikan
Islam yang bermanhajkan Qur’an dan ajaran Rosul
3.
Bangunan pendidikan
Islam adalah tempat mereka dididik dengan pendidikan Islam.
F.
Dakwah dalam Masyarakat
Karena dakwah merupakan aktivitas amar ma’ruf
nahi mungkar, dakwah tidak selalu berkisar pada permasalahan agama seperti
pengajian atau kegiatan yang dianggap sebagai kegiatan keagamaan lainnya.
Paling tidak ada tiga pola yang dapat dipahami mengenai dakwah.
1.
Dakwah Kultural
Dakwah kultural adalah aktivitas dakwah yang mendekatkan pendekatan Islam
Kultural, yaitu: salah satu pendekatan yang berusaha meninjau kembali kaitan
doktrinasi yang formal antara Islam dan negara. Dakwah kultural merupakan
dakwah yang mendekati objek dakwah (mad’u) dengan memperhatikan aspek
sosial budaya yang berlaku pada masyarakat. Seperti yang telah dilaksanakan
para muballigh dahulu (yang dikenal sebagai walisongo) di mana mereka
mengajarkan Islam menggunakan adat istiadat dan tradisi lokal. Pendekatan
dakwah melalui kultural ini yang menyebabkan banyak masyarakat yang tertarik
masuk Islam. Hingga kini dakwah kultural ini masih dilestarikan oleh sebagian
umat Islam di Indonesia.[12]
2.
Dakwah Politik
Dakwah politik adalah gerakan dakwah yang dilakukan dengan menggunakan
kekuasaan (pemerintah); aktivis dakwah bergerak mendakwahkan ajaran Islam
supaya Islam dapat dijadikan ideologi negara, atau paling tidak setiap
kebijakan pemerintah atau negara selalu diwarnai dengan nilai-nilai ajaran
Islam sehingga ajaran Islam melandasi kehidupan politik bangsa. Negara
dipandang pula sebagai alat dakwah yang paling strategis.[13]
Dakwah politik disebut pula sebagai dakwah struktural. Kekuatan dakwah
struktural ini pada umumnya terletak pada doktrinasi yang dipropagandakannya.
Beberapa kelompok Islam gigih memperjuangkan dakwah jenis ini menurut
pemahamannya.
3.
Dakwah Ekonomi
Dakwah
ekonomi adalah aktivitas dakwah umat Islam yang berusaha mengimplementasikan
ajaran Islam yang berhubungan dengan proses-proses ekonomi guna peningkatan
kesejahteraan umat Islam. Dakwah ekonomi berusaha untuk mengajak umat Islam
meningkatkan ekonomi dan kesejahteraannya. Ajaran Islam dalam kategori ini
antara lain; jual-beli, pesanan, zakat, infak dan lain sebagainya.[14]
Makna “dakwah” juga berdekatan dengan
konsep ta’lim, tadzkir, dan tashwir. Ta’lim berarti
mengajar, tujuannya menambah pengetahuan orang yang diajar, kegiatannya
bersifat promotif yaitu meningkatkan pengetahuan, sedang objeknya adalah orang
yang masih kurang pengetahuannya.
Tadzkir berarti
mengingatkan dengan tujuan memperbaiki dan mengingatkan pada orang yang lupa
terhadap tugasnya sebagai serang muslim. Karena itu kegiatan ini bersifat reparatif atau
memperbaiki sikap, dan perilaku yang rusak akibat pengaruh lingkungan keluarga
dan sosial budaya yang kurang baik, objeknya jelas mereka yang sedang lupa akan
tugas dan perannya sebagai muslim.
Tashwir berarti
melukiskan sesuatu pada alam pikiran seorang, tujuannya membangkitkan pemahaman
akan sesuatu melalui penggemaran atau penjelasan. Kegiatan ini bersifat
propagatif, yaitu menanamkan ajaran agama kepada manusia, sehingga mereka
terpengaruh untuk mengikutinya[6].
Dakwah yang diwajibkan tersebut berorientasi
pada beberapa tujuan:
1.
Membangun masyarakat
Islam, sebagaimana para rasul Allah yang memulai dakwahnya di kalangan
masyarakat jahiliah. Mereka mengajak manusia untuk memeluk agama Allah Swt,
menyampaikan wahyu-Nyan kepada kaumnya, dan memperingatkan mereka dari syirik.
2.
Dakwah dengan
melakukan perbaikan pada masyarakat Islam yang terkena musibah. Seperti
penyimpangan dan berbagai kemungkaran, serta pengabaian masyarakat tersebut
terhadap segenap kewajiban.
3.
Memelihara
kelangsungan dakwah di kalangan masyarakat yang telah berpegang pada kebenaran,
melalui pengajaran secara terus-menerus, pengingatan, penyucian jiwa, dan
pendidikan. [15]
G. Pengaruh Dakwah Islam Terhadap Individu dan Masyarakat
Islam sebagai agama yang universal sangat memperhatikan
manusia sebagai individu, karena individu merupakan dasar bagi terciptanya
masyarakat yang sejahtera,makmur,berkeadilan dan damai. Suatu masyarakat tidak
akan sejahtera,damai,aman dan berkeadilan, jika tidak ditanamkan sedini mungkin
makna dari nilai-nilai kedamaian,keadilan dan kesejahteraan kepada setiap
individu dari masyarakat,karena masyarakat pada hakekatnya adalah komunitas
yang terdiri dari individu-individu yang hidup di suatu daerah yang mempunyai
keinginan dan tujuan yang sama untuk saling dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya.
Dan manusia tidak akan mampu bertahan hidup hanya dengan
kesendirian (individua) tanpa bantuan orang lain. Karena itu, Manusia oleh para
sosiolog dianggap sebagai makhluk social.
Adapun pengaruh dakwah islam terhadap individu dan masyarakat yaitu :
1.
Perhatian
Islam terhadap manusia sebagai individu terletak pada perhatian terhadap sisi
spiritual dan material manusia atau aspek jasmani dan rohaninya. Islam sangat
konsens terhadap pendidikan manusia terutama yang berkaitan dengan aspek
jasmani dan rohani dengan memberikan porsi pendidikan yang sama
dengan tidak membedakan antara satu sisi dengan sisi lainnya. Islam melihat
individu secara menyeluruh yang sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia yang mempunyai
jiwa dan raga,pendidikan terhadap satu unsur saja berarti memisahkan manusia
dari fitrahnya yang dapat menyebabkan penyelewengan dalam tingkah laku dan
perbuatannya.[16]
2.
Dalam
Islam, manusia secara individu dianjurkan untuk memperhatikan dan meningkatkan
kualitas hidupnya, baik yang berkaitan dengan dunia yang ia jalani saat
itu,ataupun kehidupan akhirat yang akan ia jalani kelak. Hal ini telah di
contohkan oleh Rasulullah dalam kehidupan pribadinya yang berkaitan dengan
keduniaan sebagai seorang pengembala dan pedagang di satu sisi,dan di sisi lain
berkaitan dengan kehidupan akhirat sebagai seorang pengembala dan pedagang di
satu sisi, dan di sisi lain berkaitan dengan kehidupan akhirat sebagai seorang
hamba yang sangat taat beribadah siang dan malam kepada Allah SWT. Sebagai
bekal kelak di akhirat. Rasulullah juga menganjurkan kepada setiap individu
untuk selalu menyelaraskan antara kebutuhan-kebutuhan duniawi dan
kebutuhan-kebutuhan ukhrawi, setiap ungkapan beliau ”Bekerjalah untuk duniamu
seakan-akan engkau hidup selamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan
engkau mati besok”.[17]
3.
Islam
sebagai agama yang membawa syariat baru sebagai pelengkap syariat-syariat
sebelumnya, juga melandaskan ajarannya pada ke maslahatan manusia (mashalih
al-ibad),yang berarti bahwa ajaran islam diturunkan oleh Allah untuk memberikan
bimbingan-bimbingan dan arahan-arahan demi kemaslahatan manusia agar dapat
mencapai individu yang saleh dan berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.
Shalat misalkan,diwajibkan oleh Allah sebagai penyuci jiwa dan raga sehingga
dapat menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar seperti
dalam firman Allah surat al-Ankabut ayat 45: “Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”[18]
4.
Islam
juga mengajarkan persamaan(egaliter) hak-hak dan kewajiban setiap muslim di
hadapan Tuhan. Islam tidak membedakan antara yang miskin dan yang kaya,sang
penguasa dan rakyat biasa,berkulit putih dan berkulit hitam serta orang arab
maupun non-arab.Satu-satunya hal yang membedakan mereka dihadapan Allah
hanyalah amal ibadah (ketakwaan) baik yang bersifat individu ataupun
social.Setiap muslim diajarkan untuk bertanggung jawab terhadap perbuatannya
dan harus dapat menerima konsekuensi dari apa yang telah mereka lakukan.[19]
5.
Islam
mengajak setiap orang baik muslim ataupun nonmuslim untuk berlomba-lomba
melakukan kebaikan yang menjadi ajaran universal para rasul.Ajaran yang
didasarkan pada undang-undang (ilahiyyat) yang bertujuan tercapainya
kemaslahatan dan kepentingan manusia serta terciptanya pribadi-pribadi yang
bertakwa,tangguh,dan penyeru pada kedamaian sehingga dapat membentuk masyarakat
madani yang adil dan makmur.[20]
6.
Menurut
al-Sayyid Sabiq, sebagai salah satu tokoh agama yang terkemuka, dakwah Islam
memberikan dakwah Islam memberikan perhatian terhadap manusia sebagai individu
dalam tiga hal,jasmani,akal,dan moral.Perhatian terhadap jasmani mencakup
penjagaan terhadap kesehatan jasmani agar ia mempunyai raga yang kuat yang jauh
dari penyakitl,sehingga akan mampu menghadapi berbagai macam
kesulitan.Sedangkan yang berkaitan dengan akal,Islam mengajak agar setiap
individu dapat berfikir sehat dan jernih sehingga dapat mengambil keputusan
berdasarkan kejujuran,keadilan,dan mampu untuk memahami lingkungan yang
mengelilingi dan dapat belajar dari perjalanan umat yang terdahulu.Sedangkan
moral berkaitan dengan ajakan untuk melatih hati agar mempunyai kecenderungan
akan kebaikan dan menjauhi keburukan. [21]
7.
Perhatian
yang sama juga diberikan kepada keluarga sebagai komunitas kecil dari masyarakat,
bahkan Islam memberikan perhatian kepada keluarga sebelum terbentuknya dengan
menanamkan cinta dan kasih saying di antara pasangan suami dan istri seperti
dalam firman surat Ar-Rum ayat 21:
“Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.[22]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
dari uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa Dakwah
Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan
manusia beriman dalam bidang
kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur
untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran kenyataan indifidual dan
sosio kultural dalam mengusahakan
terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara
tersebut. Islam bukan hanya mengajarkan dan berpengaruh pada persolan duniawi
tetapi juga pada persolan akhirat.
Pengaruh dakwah islam memberikan perhatian terhadap
manusia sebagai individu terletak pada perhatian terhadap sisi spiritual dan
material manusia atau aspek jasmani dan rohaninya. Islam juga memberikan
pengaruh terhadap kehidupan baik pada individu maupun secara masyarakat yakni
memberikan pengaruh bahwa islam memberikan ajaran mengenai persamaan hak dan
kewajiban, kemaslahatan umat, meningkatkan kualitas hidup serta berlomba-lomba
dalam berbuat kebaikan. Bahkan Islam memberikan perhatian kepada keluarga
sebelum terbentuknya dengan menanamkan cinta dan kasih sayang di antara
pasangan suami dan istri.
B. Saran
Demikianlah yang dapat kami uraikan.
Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan penulis meminta kepada
pembaca umumnya dan khususnya kepada dosen mata kuliah ini untuk memberikan
saran dan kritik yang membangun untuk makalah ini. Mudah-mudahan Allah Swt
senantiasa memberkahi kita semua. Amin ya Rabbal ‘Alamin
DAFTAR PUSTAKA
Ibn Manzhur, Lisan al-arab (Beirul: Dar al-Fikr 1990 M/1410 H),
Jilid XIV
Fairuzabadi, al-Qamuus
al-Muhith (Kairo: Mustafa Bab
al-Halabi wa Auladun, 1952)
Fairuzabadi, al-Qamuus al-Muhith,
Jilid IV
Muhammad Abu al-Futut al-bayanuuni, al-Madkhal ila ilm ad-Da’wat, 1991 (Beirut:
Mussasat al-risalat,)
Drs.
Wahidin Saputra, M.A., 2011.Pengantar
Ilmu Dakwah, Jakarta,
Yahya, Toha, Oman. 2004. Islam dan Dakwah. Jakarta:Al-Mawardi Prima
Yatim, badri. 1992. Ilmu
dakwah. Jakarta : Al-Mawardi Prima
Aripudin, Acep. 2013. Sosiologi
Dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya
Amin,
Samsul Munir. 2013. Ilmu Dakwah.
Jakarta: Amzah
Nata, Abudin. 2014. Metodologi
Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers
Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, Al Maktab
Al Islami, cetakan pertama, 1428 H
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, 2008. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah
Faruq Nasution.Aplikasi
Dakwah dalam Studi Kemasyarakatan.1986.Jakarta: Bulan Bintang.
Ancok, Jamaluddin, dan Fuad Nasori
Suroso, 1994.Psikologi Islam, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Muhammadiyah. 2014. “Alasan Dakwah
Kultural yang Diterapkan”.
KH. Abdullah Zaky Al Kaff.2002.Ekonomi Dalam Perspektif Islam, Bandung:
Pustaka Setia.
Asmuni
syukir. 2012. Dasar-Dasar Strategi Dakwah
Islam, Al-ikhlas,Surabaya.
[1] Ibn Manzhur, Lisan al-arab (Beirul: Dar
al-Fikr 1990 M/1410 H), Jilid XIV, hlm. 206. Lihat juga,
Fairuzabadi, al-Qamuus al-Muhith (Kairo: Mustafa Bab al-Halabi wa
Auladun, 1952), Jilid IV, hlm. 329.
[2]
Ibn Manzhur, Lisan al-Arab, Jilid XIV, hlm. 259.
[3]
Fairuzabadi, al-Qamuus al-Muhith, Jilid IV, hlm. 329.
[4]
Ibn Manzhur, Lisan al-Arab, Jilid XIV, hlm. 257.
[5]
Muhammad Abu al-Futut al-bayanuuni, al-Madkhal ila ilm ad-Da’wat, (Beirut:
Mussasat al-risalat, 1991), hlm.14.
[6]
Muhammad Abu al-Futut dalam kitabnya al-Madkhal ila ilm ad-Da’wat, hlm.
14.
[7] Drs. Wahidin Saputra,
M.A., Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta, 2011. Hal 34
[8]
Yahya, Toha, Oman. 2004. Islam dan Dakwah. Jakarta:Al-Mawardi
Prima.hal 123
[10] Faruq
Nasution, Aplikasi Dakwah dalam
Studi Kemasyarakatan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986)
[11] Ancok,
Jamaluddin, dan Fuad Nasori Suroso, Psikologi Islam, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1994.
Hal 98
[12] Muhammadiyah. 2014. “Alasan Dakwah
Kultural yang Diterapkan”.
[14] KH.
Abdullah Zaky Al Kaff, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, Bandung: Pustaka
Setia, 2002, hal. 128
[16]
Yatim, badri. 1992. Ilmu dakwah. Jakarta : Al-Mawardi Prima. Hal
89
[17] Aripudin,
Acep. 2013. Sosiologi Dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal 54
[18]
Amin, Samsul Munir. 2013. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah. Hal 56
[19] Nata,
Abudin. 2014. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers
[20]
Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al
Hambali, Al Maktab Al Islami, cetakan pertama, 1428 H
[21]
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah
Islam, Jakarta, 2008 hal 67
[22]
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2013), halaman: 1-2.
Komentar
Posting Komentar