Langsung ke konten utama

Makalah Budidaya Rumput Laut di Sinjai Utara


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Potensi sumber daya perikanan sumber daya Indonesia sangat besar pemanfaatan potensi perikanan tangkap sudah mencapai titik yang tidak dapat diekspansi lagi karena mendekati optimal. Sedangkan potensi perikanan budidaya masih sangat besar dan pemanfaatannya belum mencapai 50 %. Potensi perikanan budidaya yang sangat besar tersebut merupakan peluang untuk menghasilkan komoditas berkualitas dan bersaing di pasar Internasional. Beberapa komoditas yang dapat di andalkan sebagai produk unggulan antara lain nila, lele, mas, gurame, lobster, lobster air tawar, udang galah, udang windu, bandeng, rumput laut, kepiting bakau, kakap, mutiara, kerang dan lobster.
Dalam pembangunan wilayah pesisir, salah satu pengembangan kegiatan ekonomi yang sedang digalakkan pemerintah adalah pengembangan budidaya rumput laut. Rumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan non migas yang mempunyai prospek yang cukup baik karena mudah dibudidayakan dan mempunyai kegunaan yang sangat luas yaitu untuk bahan makanan, industri farmasi, industri kosmetik, industri tekstil, industri kulit, obat-obatan dan lain-lain.
Sulawesi Selatan menyimpan potensi sumberdaya kelautan, baik hayati maupun non hayati yang cukup menjanjikan untuk dikelola. Potensi ini bukan hanya menjadi aset lokal namun juga nasional jika dikelola dan dimanfaatkan secara arif dan bijaksana. Salah satu komoditas marikultuer yang sedang dikembangkan dan merupakan salah satu program pengembangan ekonomi pesisir di Sulawesi Selatan saat ini adalah rumput laut.
Kondisi potensi lahan budidaya perikanan dan jumlah sumberdaya manusia yang cukup menjadikan prospek pengembangan budidaya perikanan termasuk rumput laut di Sulawesi Selatan cukup besar. Selain potensi perikanan yang cukup besar, potensi sumberdaya manusia yang bergerak di bidang budidaya laut dan tambak juga cukup besar yaitu mencapai sekitar 50.775 RTP (Rumah Tangga Perikanan).
Banyaknya lahan pertambakan yang terbengkalai efek dari gagalnya budidaya udang windu dan udang vannamei membuat pemerintah Sulawesi Selatan menganjurkan untuk memanfaatkan lahan tambak tersebut untuk pemanfaatan budidaya rumput lautGracilaria sp. Baik secara monokultur maupun secara polikultur dengan ikan ataupun udang windu. Hasil produksinya nyata dengan model polikultur sekitar 7-12 ton/ha/siklus rumput laut basah (setara 700-1.200 kg rumput laut kering), 400-600 kg ikan bandeng/ha/siklus dan 300-400 kg udang windu/ha/siklus (Ratnawati & Pantjara, 2002). Sementara rumput laut yang berkembang pada budidaya laut adalah jenis Eucheuma sp. dan untuk komoditas perikanan lainnya masih bersifat rintisan.
Hal yang mendukung berkembangnya budidaya perikanan  di Sulawesi Selatan baik di tambak maupun di laut selain potensi lahan yang masih cukup luas, teknologinya juga masih sederhana dan tidak padat modal sehingga terjangkau oleh masyarakat yang berpengetahuan rendah dan memiliki modal yang kecil (Nurdjana, 2006; Anonim, 2007).
Komoditas-komoditas unggulan tersebut di harapkan dapat meningkatkan produksi perikanan nasional, membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan nelayan dan pembudi daya yang dapat memberikan konstribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Potensi perikanan Kabupaten Sinjai khususnya budi daya perikanan belum di manfaatkan secara optimal air laut. Oleh karena itu di butuhkan kerja keras dari semua pihak untuk pengembangan perikanan budi daya perikanan di Kabupaten Sinjai Khususnya di Sinjai Utara

B.     Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Potensi Budidaya perikanan di Sulawesi Selatan?
2.      Bagaimana Potensi Budidaya perikanan di Sinjai Utara?
3.      Bagaimana Bentuk Budidaya rumput laut di Sinjai Utara?
4.      Bagaimana Proses Budidaya rumput laut di Sinjai utara?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan dari makalah ini yaitu:
1.      Mengetahui dan memahami Potensi Budidaya perikanan di Sulawesi Selatan.
2.      Mengetahui dan memahami Potensi Budidaya perikanan di Sinjai Utara.
3.      Mengetahui dan memahami Bentuk Budidaya rumput laut di Sinjai Utara.
4.      Mengetahui dan memahami Proses Budidaya rumput laut di Sinjai utara .


1.       
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Potensi budi daya Perikanan di Sulawesi Selatan
Dalam pembangunan wilayah pesisir, salah satu pengembangan kegiatan ekonomi yang sedang digalakkan pemerintah adalah pengembangan budidaya rumput laut. Rumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan non migas yang mempunyai prospek yang cukup baik karena mudah dibudidayakan dan mempunyai kegunaan yang sangat luas yaitu untuk bahan makanan, industri farmasi, industri kosmetik, industri tekstil, industri kulit, obat-obatan dan lain-lain.
Sulawesi Selatan menyimpan potensi sumberdaya kelautan, baik hayati maupun non hayati yang cukup menjanjikan untuk dikelola. Potensi ini bukan hanya menjadi aset lokal namun juga nasional jika dikelola dan dimanfaatkan secara arif dan bijaksana. Salah satu komoditas marikultuer yang sedang dikembangkan dan merupakan salah satu program pengembangan ekonomi pesisir di Sulawesi Selatan saat ini adalah rumput laut.
Sulawesi Selatan merupakan provinsi penyumbang terbesar produksi rumput laut nasional. Peningkatan produksi tercapai karena lahan yang luas untuk pengembangan rumput laut di daerah ini, yakni 250 ribu hektare. Prospek rumput laut sangat cerah dikarenakan kebutuhan pasar dunia akan rumput laut mencapai 300 ribu ton per tahun (Tribun timur, Edisi : 17 Juli 2008 ). Berdasarkan laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Selatan (2008) produksi rumput laut nasional mencapai 1.728.475 ton basah pada tahun 2007 lalu atau setara 172.847,5 ton kering. Sementara produksi rumput laut Sulawesi Selatan telah mencapai 670.740 ton basah atau setara dengan 63.074 ton kering (36,5%). Usaha untuk meningkatkan produksi rumput laut sangat memungkinkan dapat dicapai, karena daerah Sulawesi Selatan dinilai memiliki potensi sumberdaya perikanan pantai yang cukup besar, teknologi budidaya dan pasca panen mudah dilaksanakan serta tidak membutuhkan modal yang besar (Ujung Pandang Ekspres, Edisi: 29 Oktober 2008).

  1. Rumput Laut
Produksi Rumput Laut Sulawesi Selatan mengalami peningkatan sebesar 8,7 % dari tahun 2014 sebesar 2.888.778,8 ton menjadi 3.409.048,2 ton pada tahun 2016.
Rumput laut yang dikembangkan di Sulawesi Selatan oleh pembudidaya terdiri atas 2 (dua) jenis yang dibudidayakan dilaut (Eucheuma cottonii dan Spinosium sp) dan satu jenis yang dibudidayakan ditambak (Gracilaria sp)
Tabel 1. Produksi Rumput Laut (Eucheuma spp dan Spinosium Sp) Tahun 2014 - 2016
No
Kab/Kota
Realisasi

2014
2015
2016

Produksi (Ton)
Produksi (Ton)
Produksi (Ton)


1
Selayar*
7,655.8
284.9
170.2

2
Bulukumba
128,360.0
157,920.0
158,440.0

3
Bantaeng*
86,477.7
85,348.8
82,628.0

4
Jeneponto*
120,979.0
138,080.7
149,885.1

5
Takalar*
733,972.0
846,395.0
923,832.0

6
Sinjai*
12,112.0
7,680.0
12,220.0

7
Maros
8.3
-
-

8
Pangkep
148,652.0
179,603.0
202,552.0

9
Barru
798.0
788.0
891.6

10
Bone
125,019.8
126,128.2
128,204.1

11
Wajo*
138,504.0
263,159.0
237,900.0

12
Pinrang
3,582.3
6,754.2
9,027.4

13
Luwu
356,385.5
392,024.1
244,945.5

14
Luwu Utara
33,155.5
31,441.6
33,930.8

15
Luwu Timur
133,107.0
141,798.0
145,099.0

16
Pare-Pare
-
27.6
-

17
Palopo
31,123.1
31,589.3
27,519.0

Jumlah
2,059,892.0
2,409,022.4
2,357,244.7


Tabel 2. Luas Areal Budidaya Rumput Laut di Laut Tahun 2014 – 2016
No
Kab/Kota
Realisasi (Ha)
2014
2015
2016
1
Selayar
191
119.9

2
Bulukumba
3,209
3,225.0
3,225.0
3
Bantaeng
3,521
3,524.0
3,521.0
4
Jeneponto
2,387
2,387.2
3,212.0
5
Takalar
13,386
13,385.7
13,385.7
6
Sinjai
375
375.0
445.0
7
Maros
1
0.8
0,8
8
Pangkep
3,716
3,254.0
3,254.0
9
Barru
250
250.0
250.0
10
Bone
1,756
2,045.1
2,045.1
11
Wajo
3,235
3,235.0
3,235.0
12
Pinrang
625
3,020.0
3,020.0
13
Luwu
7,233
7,233.2
4,543.0
14
Luwu Utara
829
828,9
828.9
15
Luwu Timur
3,328
4,420.7
4,420.0
16
Pare-Pare
-
3.0
-
17
Palopo
778
778.1
778.0
Jumlah
44,820
48,085.5
46,354.6
  Sumber : Disperindag Prov. SulSel






Tabel 3. Produksi Rumput Laut (Gracillaria sp) Tahun 2014 - 2016
No
Kab/Kota
Realisasi
2014
2015
2016
Produksi (Ton)
Produksi (Ton)
Produksi (Ton)
1
Selayar*
-
-
-
2
Bulukumba
700.0
960.0
659.9
3
Bantaeng*
-
-
-
4
Jeneponto*
-
-
-
5
Takalar*
76,848.4
103,995.0
110,473.0
6
Sinjai*
16,964.0
11,520.0
17,980.0
7
Maros
7.2
71.0
117.9
8
Pangkep
3,582.6
5,719.0
5,950.0
9
Barru
-
-
-
10
Bone
75,499.8
75,725.0
87,397.8
11
Wajo*
13,205.0
13,309.0
151.726.0
12
Pinrang
130.3
350.1
370.9
13
Luwu
271,550.1
285,127.6
295,637.5
14
Luwu Utara
147,190.8
147,990.6
149,849.6
15
Luwu Timur
138,802.0
151,361.0
154,869.0
16
Pare-Pare
-
-
-
17
Palopo
84,406.6
84,569.9
76,771.9
Jumlah
828,886.8
880,885.0
1,051,803.5
Tabel 4. Volume Eksport Rumput Laut Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014 – 2017
No
Komoditi
Realisasi
2014
2015
2016

Rumput Laut
  • Volume (ton)
  • Nilai (US $ 1.000)

80,895
86,254.0

117,655
138,490

121,748.4
104,919.6

    Sumber : Disperindag Prov. SulSel


B.     Potensi Budidaya Perikanan  Rumput Laut di Sinjai
Budidaya laut merupakan salah satu potensi yang dimiliki dan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Salah satu yang menjadi komoditas unggulan budidaya laut adalah rumput lautEuchemma Cotoni denganproduksi pada tahun 2011 sebesar 3.176,48 ton, dan komoditas ini mengalami peningkatan yang segnifikan. Komoditas lain yang saat ini sedang di budidayakan adalah rumpur lautSpinosumsp dengan produksi sebesar 8.720 ton, komoditas ini menjadi salah satu andalan yang cukup baik karena memiliki daya tahan yang kuat dari serangan hama dan cuaca serta waktu yang panen yang cukup cepat.
Kabupaten Sinjai memiliki rumput laut yang berkualitas baik karena terhindar dari polusi udara yang di sebabkan oleh asap kendaraan bermotor serta memiliki kadar air yang rendah. Saat ini rumput laut Spinosum sp merupakan primadona budidaya laut. Karena pemubudidayaan yng sederhana dengan model yang tidak terlalu banyak, serta masa budidaya yang cukup singkat antara 30 – 50 hari prospek pasar yang sangat baik. Potensi budidaya rumput lautSpinosium sp terlihat seperti table di bawah ini :
NO
RUMPUR LAUT
POTENSI LAHAN(Ha)
PRODUKSI (TON)

1.
Simposium sp
620
8.720

2.
Euchemma cottoni sp
-
-

TOTAL
620
8.72


Peningkatan produksi rumput laut tak terlepas dari perhatian pemerintah daerah dan pusat yang sangat besar baik berupa bantuan lansung dan bantuan Pembinaan serta di tunjang sarana prasarana pengolahan rumput laut agar berkualitas semakin baik. Potensi lahan budidaya yang sangat luas dan layak untuk pengembangan budidaya serta harga yang kompetitif mandorong peningkatan jumlah budidaya rumput laut ini.
Pada tahun 2012 pemerintah pusat melalui DIPA Badan Nasional Penanggulanagn Bencana (BNPB) memberikan bentuan pembudidayaan mulai dari tali, bibit, serta modal pengembangan usaha.
1.      Budidaya Air Payau
Potensi lahan budidaya air payau di hitung berdasarka kriteria kelayakan teknis dan lahan yang telah di manfaatkan untuk kegiatan budidaya air payau. Berdasarkan kajian Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya terdapat 774.000 ha tersedia untuk pengembanagan.
Dari luas lahan yang ada, baru lahan budidaya air payau yang pemanfaatannya cukup tinggi mencapai 72,7 %. Lahan budidaya air payau sebagian besar di manfaatkan untuk budidaya udang, bandeng dan rumput laut di tambak. Produksi perikanan budidaya air payau atau tambak di Kabupaten Sinjai cukup potensial dengan potensi lahan tambak mencapai 716,50 Ha. Budidaya air payau memberikan konstribusi yang cukup besar dalam peningkatan kesejahteraan pembudidaya. Budidaya air payau di kelolah untuk mengembangkan komoditas unggulan yang meliputi : ikan bandeng, udang, kepiting, dan rumput laut gracilaria, sp. Komoditi ini telah menjadi salah satu prioritas utama Pemerintahan kabupaten Sinjai untuk mendukung Privinsi Sulawesi Selatan sebagai sentra ikan bandeng, udang dan rumput laut.
Olehnya itu untuk mendukung hal tersebut di atas, maka di perlukan proses budidaya yang harus memperhatikan berbagai pendukung untuk mencegah tercemarnya hasil budidaya dari bahan.
Peningkatan mutu untuk memberikan jaminan keamanan pangan dan bahan cemaran sesuai persyaratan pasar. Sesuai dengan peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004, maka pembudidayaan ikan perlu menerapkan cara berbudidaya yang benar sebagaimana diatur dalam KEPMEN Kelautan dan Perikanan No. KEP 02/Men/2007 tentang cara Budidaya ikan yang Baik (CBIB), dimana Kabupaten Sinjai sudah memiliki kelompok bersertifikat sebanyak 4 kelompok.


2.      Rumput Laut Gracilaria sp
Perkembangan rumput laut di Indonesia terus mengalami peningkatan seiring dengan banyaknya permintaan pasar akan rumput laut dunia. Salah satu penyebab utama belum terpkanyaenuhinya pasaran rumput laut adalah masih banyaknya pengusaha rumput laut yang mengandalkan produksi alami tanpa di sertai kegiatan pembudidayaan. Factor penting yang menjadi penentu keberhasilan budidaya rumput laut adalah memilih lokasi, penggunaan bibit, metode budidaya serta pemeliharan. Rumput laut Gracilalaria sp merupakan sumber utama bagi agar, banyak di gunakan dalam industry makanan, bahan pembiakan bakteri, teknologi elektroforesis dan sebagainya. Kabupaten Sinjai memiliki areal budidaya rumput laut seluas 716,50 Ha, dengan jumlah produksi pada tahun 2012 sebesar 132 ton, mengalami peningkatan yang cukup segnifikan. Kualitas rumput laut yang di kelolah dengan pola konvensional oleh pembudidayaan rumpu laut memiliki kualitas yang cukup tinggi karena kondisi perairan pesisir cukup terlindung dari aktifitas industri yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.
Potensi pengembangan budidaya rumput laut Gracillaria sp diperlihatkan pada table dibawah :
NO
KECEMATAN
POTENSI LAHAN (Ha)
PRODUKSI (TON)
1.
Sinjai Utara
364,05
1.907,66
2.
Sinjai Timur
332,30
1.714,75
3.
Tellulimpoe
20,15
110,59
TOTAL
716,50
3.760,00

C.    Budidaya Rumput Laut
1.      Klasifikasi rumput Laut Gracillaria
a.       Divisio   :Rhodophyta
b.      Kelas      :Florideophyceae
c.       Ordo      :Gracilariales
d.      Famili     :Gracillariaceae
e.       Genus    : gracillaria 
f.       Spesies   :Eucheumaspinosum
2.      Klasifikasi rumput laut Eucheuma spinosum
Menurut Atmaja et al., (1996) adalah sebagai berikut :
a.       Divisio : Rhodophyta
b.      Kelas : Rhodophyceae
c.       Ordo : Gigartinales
d.      Famili : Solieriaceae
e.       Genus : Eucheuma
f.       Spesies : Eucheuma spinosum
Morfologi rumput laut jenis gracillaria sp tidak memiliki perbedaan antara akar, batang,dan daun. Tanaman ini berbentuk batang yang disebut dengan talus dengan berbagai bentuk percabangannya, secara alami gracillaria hidup dengan melekatkan tallusnya pada subtrat yang berbentuk pasir, lumpur, karang mati, batu.
3.      Syarat Tumbuh
Tahap awal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan  budidaya gracilaria dalam tambak, antara lain adalah keadaaan tambak yang akan digunakan (termasuk dasar tambak sebagai substrat), kualitas air dalam tambak dan sekitarnya, serta bibit tanaman baik mengenai jenis dan kualitasnya.
a.       Keadaan Tambak 
1)      Keadaan dasar tambak yang paling ideal adalah pasir yang mengandung lumpur atau tanah yang mengandung pasir dengan sedikit lumpur. Perlu diusahakan supaya dasar tambak tidak terlalu banyak mengandung lumpur (ketebalan lumpur maksimal 15 sampai 20 cm) dan bila dipandang perlu dapat dilakukan pengurasan lumpur. Beberapa alternatif bentuk/disain tambak dapat dilihat pada lampiran. 
2)      Tambak harus bersih dari tanaman lain yang dapat membusuk, terutama yang dapat meningkatkan derajat keasaman dasar tambak. Derajat keasaman (pH) dasar tambak berkisar antara 6 sampai 9 dan yang paling ideal adalah sekitar 6,5 sampai 8,5. Untuk mengurangi keasaman dapat dilakukan terlebih dahulu "penebaran kapur". 
3)      Tambak harus memiliki saluran air yang baik dan bersih (tidak terlalu banyak mengandung lumpur), serta setiap petak tambak diusahakan memiliki 2 (dua) buah pintu air, yang akan berfungsi sebagai pintu-pintu untuk air masuk dan air keluar. 
4)       Pasang-surut air laut harus mempengaruhi kondisi air di dalam tambak untuk melakukan pergantian air. 
5)      Gelombang atau arus air di dalam tambak (sebagai akibat angin atau pengaruh pasang surut) diupayakan tidak terlalu besar, sehingga tidak mengakibatkan berkumpulnya tanaman pada suatu tempat tertentu. Akan tetapi gelombang dan arus air di dalam tambak harus cukup untuk memberikan gerakan bagi tanaman. 
6)      Pematang tambak supaya diusahakan cukup rapih dan dapat digunakan sebagai sarana jalan dalam pengelolaan tambak dan/atau dapat difungsikan pula sebagai tempat penjemuran hasil panen dengan menggunakan alas.
b.      Kualitas Air 
1)      Salinitas air berkisar antara 12o/oo - 30o/oo dan yang ideal sekitar 15o/oo - 25o/oo, 
2)      Suhu air berkisar antara 180C sampai 300C dan yang ideal sekitar 200C sampai 250 C. 
3)      pH air dalam tambak berkisar antara 6 sampai 9 dan yang ideal sekitar 6,5 sampai 8,5. 
4)      Air tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan (turbidity) air masih cukup bagi     tanaman untuk menerima sinar matahari. 

4.      Pemilihan Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi budaya sangat penting untuk dilakukan sebelu melakukan budidaya, hal ini akan sangat menentukan keberhasilan budidaya rumput laut Gracilaria. Ada dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi budidaya, pertama kondisi tambak secara alami dan kondisi tambak yang dapat disiasati secara tehnis.
a.      Kondisi Alami tambak
Masing-masing daerah mempunyai sifat dan kondisi lokasi yang berbeda dan merupakan keadaan yang memang telah ada pada tambak, inilah yang disebut sebagai kondisi alami tambak yaitu.
1)      Lokasi tambak, lokasi tempat budidaya pada umumnya  berjarak antara 300 hingga 1000 meter dari laut, hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap salinitas air tambak yang akan digunakan sebagai tempat budidaya.  Lokasi tambak yang terlalu dekat dengan laut akan menyebabkan salinitas air terlalu tinggi yang akan menyebabkan rumput laut tidak dapat tumbuh dengan baik begitu juga sebaliknya.  Pada jarak 300 hingga 1000 meter ini, tambak akan mengikuti pola pasang surut air laut sehingga pergantian air akan berlangsung dengan baik.
2)      Pilihlah lokasi dimana struktur tanah  tambak berupa tanah berpasir yang sedikit bercampur lumpur.   
3)      Lakukan pengukuran tingkat kadar garam (salinitas), salinitas air laut syarat tumbuh rumput laut Gracilaria adalah antara 15-30ppt.
4)      Suhu air yang ideal bagi pertumbuhan Gracilaria adalah antara 20 hingga 28 derajat Celcius.
5)      Tingkat keasaman (pH) adalah antara 6 hingga 9
6)      Dekat dengan sumber air tawar, hal ini diperlukan untuk mengurangi salinitas ketika kadar air tambak terlalu asin.
b.      Kondisi tambak yang dapat disiasati
Maksudnya adalah bahwa kondisi dari suatu tambak dapat diperbaiki saat keadaan tambak kurang atau tidak sesuai dengan standar budidaya rumput laut, antara lain:
1)      Pilihlah lokasi tambak yang dapat dengan mudah diatur sirkulasi airnya.
2)      Kedalaman air dapat disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi idealnya adalah tambak tersebut mempunyai kedalaman antara 0,5 hingga 1 meter
3)      Tidak terkontaminasi oleh polusi berupa limbah industry atau polusi lainnya yang akan mengganggu pertumbuhan rumput laut
4)      Kondisi air tidak terlalu keruh, sehingga sinar matahari dapat menembus kedalaman air yang akan akan digunakan untuk budidaya yang akan mempermudah bagi rumput laut untuk melakukan fotosintesis.
5)      Kondisi tambak mudah dibuat saluran sirkulasi air baik keluar tabak maupun ke dalam.
5.      Penanaman
Budidaya rumput laut Gracilaria lebih mudah dilakukan jika dibandingkan dengan rumput laut Eucheuma Cottonii, karena lokasi budidayanya berada di tambak sehingga tidak perlu diikat dan dan dapat dilakukan pemupukan jika kondisi rumput laut memperlihatkan tanda-tanda kurang subur. Kondisi air tambak yang tenang juga membuat rumput laut tidak hanyut oleh arus air. Adapun persiapan yang harus dilakukan adalah.
Persiapan Lahan budidaya dan penanaman
Langkah ini diperlukan untuk membuat kondisi tambak menjadi kondusif terhadap proses pertumbuhan rumput laut Gracilaria yang dibutuhkan. Kondisi tambak yang kurang standar akan mengganggu pertumbuhan rumput laut, hal-hal yang harus dilakukan untuk mempersiapkan lahan antara lain;
a.       Keluarkan seluruh air yang ada didalam tambak , setelah air habis taburkan pupuk kandang diatasnya kemudian dilakukan pembajakan atau dicangkul agar tanah dan dan pupuk dapat tercampur. Dapat juga dicampurkan TSP jika kondisi tanah terlalu keras. Ketebalan tanah pada dasar lahan budidaya idealnya berada pada ketebalan antara 10 hingga 15 CM. Setelah selesai dilakukan pembajakan, biarkan permukaan tambak terpapar sinar matahari hingga kering selama kurang lebih 3 hari.
b.      Semprotkan saponin untuk membunuh pathogen tambak dan hama lain yang  dapat mengganggu pertumbuhan rumput laut yang akan di tanam. Dosis penyemprotan Saponin adalah 40 hingga 50 KG per-hektar, setelaha dilakukan penyemprotan masukkan air kembali kedalam tambak hingga kedalaman 20 CM diamkan selama satu hari satu malam kemudian keringkan kembali.
c.       Setelah tambak mengering kembali bersihkan gulma, bangkai binatang dan sampah dari dalam kolam agar nantinya tidak mengganggu pertumbuhan rumput laut.
d.      Persiapkan bibit yang telah disediakan, tentang cara pemilihan bibit silahkan baca artikel dengan judul Cara Pembuatan Bibit Eucheuma Cottonii, dalam artikel tersebut secara spesifik membahas tentang cara pembuatan bibit Eucheuma Cottonii, namun pada prinsipnya dalam pengelolaan bibit Gracilaria tidak jauh berbeda dengan pengelolaan bibit E.Cottonii.
e.       Masukkan kembali air kedalam tambak  setinggi 10 CM dan lakukan penebaran bibit secara merata, jangan terlalu rapat juga jangan terlalu jarang. Penebaran bibit dilakukan sore hari untuk menghindari terjadinya stress pada rumput laut. 1 hektare tambak dibutuhkan bibit 1 ton, jika memperlihatkan pertumbuhan baik maka dapat dapat ditambah lagi 1 ton bibit.
f.       Setelah penebaran bibit selesai masukkan kembali air hingga ketinggian 50 CM dan usahakan salinitas air berada pada level 15 hingga 30 ppt.
6.      Pemeliharaan
Rumput laut Gracilaria lebih mudah dipelihara dibandingkan dengan rumput Eucheuma Cottonii, penyebabnya adalah lokasi budidaya rumput laut Gracilaria yang berada di tambak yang bisa dikatakan tanpa arus air, sehingga jika ada masalah kesuburan dapat dilakukan pemupukan. Pada rumput laut Eucheuma Cottonii kadang rumput laut yang ditanam patah karena terjangan ombak dan meyebabkannya jadi hanyut dan kerusakan pada tali bentangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan ruput laut Gracilaria antara lain:
a.       Rumput laut menyerap makanan dari air tempat tumbuhnya, oleh karena itu ketersediaan unsur makanan didalam air sangat diperlukan untuk pertumbuhan rumput laut , untuk keperluan itu pergantian air di dalam tambak sangat penting dilakukan untuk memperbarui unsur hara tempat tumbuhnya rumput laut. Penggantian air harus dilalukan minimal 1 kali dalam 1 Minggu, penggantian air dapat dilakukan dengan memanfaatkan pasang surut air laut.
b.      Pada masa awal pertumbuhan usahakan kedalaman air berada pada 40 hingga 50 CM, pertahankan kedalaman tersebut hingga tanaman mencapai umur tiga Minggu, selanjutnya pada minggu keempat hingga masa panen (Minggu ke-8) kedalam air di kondisikan pada kedalaman 60 hingga 70 CM.
c.       Amati tanaman pada minggu ke-dua, jika memperlihatkan tanda-tanda kurang subur lakukanlah pemupukan dengan pupuk yang mengandung unsur N seperti urea. Jika tanaman sudah berkembang lakukanlah pemecahan rumput laut yang telah tumbuh subur untuk kemudian disebarkan ke daerah yang masih jarang terdapat rumput laut.
d.      Bersihkan rumput laut dari lumpur, sampah dan tanaman lain yang tumbuh bersama rumput laut agar tidak menjadi competitor dalam penyerapan unsur  hara.
e.       Bersihkan tambak dari binatang-binatang yang dapat menjadi predator bagi rumput laut seperti keong, kerang, sumpil, ikan mujahir, berang-berang dan lain sebagainya.
f.       Hindarkan tambak dari suplay air tawar yang berlebihan yang dapat menurunkan salinitas air tambak yang dapat mengganggu pertumbuhan rumput laut.
7.      Tekhnik Pemecahan Bibit
Pilihlah rumput laut yang mengalami pertumbuhan pesat kemudian pisahkan rumput laut tersebut menjadi 3 atau 4 bagian. Hasil pemecahan dapat  ditanam pada tambak baru atau dapat digunakan untuk menyulam bagian tambak yang masih kosong atau jarang. Pada 2 minggu berikutnya lakukan pemecahan lagi dan lakukan hal yang seperti 2 minggu sebelumnya.
Setelah pemecahan ke-2 jangan dilakukan pemecahan lagi agar usia tanam dapat seragam dan biarkan hingga 7 sampai 8 minggu hingga siap panen. Pada usia 7 hingga 8 Minggu apabila rumput laut tumbuh dengan baik dasar tabak sudah dipenuhi oleh rumput laut Gracilaria.
8.      Pemupukan 
Seperti pada tanaman lain, rumput laut gracilaria juga memerlukan nutrisi pada pertumbuhannya seperti nitrogen, phosphat dan kalium serta oksigen. Penggunaan pupuk dalam budidaya ini akan tergantung kepada kualitas nutrisi di dalam air tambak. Untuk itu dianjurkan dilakukan analisis kualitas air tambak untuk mengetahui kandungan nitrogen, phosphat dan kalium. Hasil analisa tersebut dapat digunakan untuk menetapkan jumlah pupuk yang perlu digunakan. Pada prinsipnya, pada empat minggu pertama, tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi nitrogen, sedangkan dua atau tiga minggu sebelum panen tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi phosphat.
Kendala yang dihadapi dalam pemupukan adalah seringnya perggantian air di dalam tambak, karena itu pupuk dalam bentuk pelet relatif lebih efektif karena dapat melepas nutrisi secara bertahap. Apabila di dalam tambak mudah tumbuh alga hijau, maka hal ini menunjukkan bahwa kandungan nitrogennya sudah cukup. Dari hasil pengamatan maka dianjurkan bahwa pada 4 minggu pertama diperlukan sekitar 10 kg/ha pupuk yang banyak mengandung nitrogen, dan ditebar secara bertahap. Sedangkan untuk 2 sampai 3 minggu berikutnya diperlukan sekitar 5 kg/ha pupuk yang lebih banyak mengandung phosphat yang ditebar secara bertahap. Penebaran lebih tepat dilakukan pada saat setelah dilakukan penggantian air tambak. 
9.      Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman rumput laut termasuk tahan hama kecuali ikan baronang dan lumut, cara pengendalian adalah dengan cara diversifikasi bandeng untuk membasmi lumut sedangkan untuk pengendalian hama ikan lainnya (baronang) digunakan pestisida,seperti drosban.
10.  Panen
Tanaman rumput laut dapat dipanen bila usia pemeliharaan sudah mencapai 25 – 30 hari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan antara lain :
a.       Panen dilakukan saat air disurutkan
b.      Panen dilakukan saat umur tanaman 35-40 hari, selanjutnya setelah 26-30 hari
c.       Panen dilakukan dengan cara memetik tanaman secara merata dengan meninggalkan sebagian sebagai bibit
d.      Setelah panen selesai segera dimasukkan air baru kemudian dilakukan pemupukan ulangan
11.  Pascapanen
a.              Rumput laut di cuci dan dibersihkan
b.              Penjemuran dilakukan diatas pematang dengan yang dialasi rang atau faring
c.              Lama penjemuran 1-2 hari, atau tergantung terik matahari
d.             Rumput laut yang kering apabila digenggam dan kemudian dilepaskan akan mengembangkembali dan warnanya coklat kehijauan dan kehitam-hitaman
e.              Rumput laut yang sudah kering disimpan pada tempat yang kering dan terlindungi.


BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Sinjai Utara Menjadi salah satu kecamatan di kabupaten Sinjai yang mempunyai potensi besar dalam budi daya perikanan khususnya budi daya rumput laut. Kondisi ini membuat peluang Sinjai Utara menjadi salah satu kecamatan yang mampu menopang tingkat ekonomi masyarakat kabupaten Sinjai yang juga kebanyakan berprofesi sebagai penambak atau petani tambak.
Keunggulan Sinjai Utara dalam bidang budi daya rumput laut telah menjadi rahasia publik karena daerah yang cukup strategis dengan laut dan teluk sebagai daerah alirannya jadi wajar masyarakat kabupaten Sinjai utara ada yang berprofesi sebagai petani tambak, karena nilai jual ekonomis rumput laut yang cukup tinggi.

B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1.      Peran Pemerintah sangat dianjurkan dalam pembinaan kelompok tani dengan penyediaan bibit rumput laut yang berkualitas tinggi agar dalam Pemberian dan pemakaian sarana produksi bibit, pupuk, pengendalian Hama penyakit perlu ditingkatkan untuk mendapatkan produksi yang optimal.
2.      Peran Pemerintah di harapkan mampu menjaga kestabilan harga Rumput laut agar Petani Tambak tidak Merugi melalui Penanganan proses rumput laut seperti waktu panen, kebersihan, kekeringan dan pengepakan harus mengikuti perlakuan teknis sehingga dapat bersaing di pasaran terutama untuk mendapatkan nilai jual yang tinggi.
 
DAFTAR PUSTAKA

https://raheemtabet.wordpress.com/2014/10/16/tekhnik-budidaya-rumput-laut-gracilaria-di-tambak/
http://abdulhalimakbar.blogspot.co.id/2014/05/potensi-perikanan-budidaya-sinjai.html
https://sulselprov.go.id/pages/komoditas-unggulan-rumput-laut
http://yukitamari.blogspot.co.id/2011/12/budidaya-rumput-laut.html
http://arsal-arsenal.blogspot.co.id/2014/06/budidaya-rumput-laut-di-tambak-air-payau.html
http://nurulwahida93.blogspot.co.id/2012/10/budidaya-rumput-laut.html
http://nurulwahida93.blogspot.co.id/2012/10/budidaya-rumput-laut.html
http://nurulwahida93.blogspot.co.id/2012/10/budidaya-rumput-laut.html
https://waringikan.wordpress.com/2017/10/23/cara-mudah-dan-tepat-budidaya-rumput-laut/
http://teknikcarabudidaya.blogspot.co.id/2012/05/cara-budidaya-rumput-laut-di-tambak.html

Komentar

  1. Promo Fans^^poker :
    - Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
    - Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
    - Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN KIMIA (Larutan Gula)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Larutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Apabila suatu larutan suhunya di ubah, maka hasil kelarutannya akan berubah. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh. Larutan dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh di sebut larutan tidak jenuh. Dan bila jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh maka di sebut larutan lebih jenuh. Daya larut suatu zat dalam zat lain, di pengaruhi oleh zat pelarut, temperatur dan sedikit tekanan. Pengaruh suhu terhadap larutan dapat dilihat pada peristiwa sederhana yang terjadi pada kehidupan sehari hari yaitu kelarutan gula dalam air. Gula yang dilarutkan kedalam air panas, dan satu lagi kedalam air dingin maka gula akan cepat larut pada air yang panas karena semakin besar suhu semakin besar pula kelarutannya. Aplikasi kelarutan dalam du...

Makalah Hukum Administrasi negara (HAN)

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Dalam cabang ilmu hukum, ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut Hukum Administrasi Negara. Misalnya ada yang menggunakan istilah Hukum Tata Pemerintahan, dan ada juga yang menggunakan istilah Hukum Tata Usaha Negara. Meskipun dalam ruang penyebutan istilah yang berbeda, namun dalam perkembangan selanjutnya pemakaian istilah untuk bidang ilmu hukum ini diganti lagi menjadi istilah Hukum Administrasi Negara, setelah sebelumnya sempat menggunakan istilah Hukum Tata Pemerintahan pada tahun 1972 atas dasar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 30 Desember 1972 Nomor 198/U/1972 tentang pedoman kurikulum minimal. Hukum Administrasi Negara ini menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan dan yang memungkinkan para pejabat administrasi Negara melakukan tugas istimewa mereka (definisi Logemann). Administrasi Negara diberi tugas mengatur kepentingan umum, misalnya kesehatan masyarakat, ...

Makalah Perlawanan bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme bansga eropa di Nusantara

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Kedatangan bangsa barat (Portugis, Inggris, dan Belanda) di wilayah Indonesia, yang diikuti dengan penguasaan terhadap wilayah-wilayah di Indonesia dalam periode tertentu ternyata menimbulkan reaksi dari rakyat Indonesia. Reaksi tersebut bentuknya bermacam-macam, tetapi pada pokoknya hanya dua, yaitu kerjasama dan perlawanan. Kerjasama kebanyakan dilakukan bilamana rakyat Indonesia baik secara individu maupun kelompok ingin mendapatkan kekuasaan, sebaliknya perlawanan dilakukan bila bangsa barat tersebut berusaha mengambil alih aset yang dimilikinya, apakah itu berbentuk tempat berdagang, bertani atau berkuasa. Selain itu perlawanan juga dilakukan rakyat Indonesia terhadap bangsa Barat yang disebabkan bangsa-bangsa tersebut berusaha memaksakan kehendaknya dengan cara ingin memperluas kekuasaannya di Indonesia sambil merampas hak-hak tradisional kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Perlawanan rakyat Indonesia terhadap ...