BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi sumber daya perikanan
sumber daya Indonesia sangat besar pemanfaatan potensi perikanan tangkap sudah
mencapai titik yang tidak dapat diekspansi lagi karena mendekati optimal.
Sedangkan potensi perikanan budidaya masih sangat besar dan pemanfaatannya
belum mencapai 50 %. Potensi perikanan budidaya yang sangat besar tersebut
merupakan peluang untuk menghasilkan komoditas berkualitas dan bersaing di
pasar Internasional. Beberapa komoditas yang dapat di andalkan sebagai produk
unggulan antara lain nila, lele, mas, gurame, lobster, lobster air tawar, udang
galah, udang windu, bandeng, rumput laut, kepiting bakau, kakap, mutiara,
kerang dan lobster.
Dalam pembangunan wilayah
pesisir, salah satu pengembangan kegiatan ekonomi yang sedang digalakkan
pemerintah adalah pengembangan budidaya rumput laut. Rumput laut merupakan
salah satu komoditas perikanan non migas yang mempunyai prospek yang cukup baik
karena mudah dibudidayakan dan mempunyai kegunaan yang sangat luas yaitu untuk
bahan makanan, industri farmasi, industri kosmetik, industri tekstil, industri
kulit, obat-obatan dan lain-lain.
Sulawesi Selatan menyimpan
potensi sumberdaya kelautan, baik hayati maupun non hayati yang cukup
menjanjikan untuk dikelola. Potensi ini bukan hanya menjadi aset lokal namun
juga nasional jika dikelola dan dimanfaatkan secara arif dan bijaksana. Salah
satu komoditas marikultuer yang sedang dikembangkan dan merupakan salah satu
program pengembangan ekonomi pesisir di Sulawesi Selatan saat ini adalah rumput
laut.
Kondisi potensi lahan budidaya
perikanan dan jumlah sumberdaya manusia yang cukup menjadikan prospek
pengembangan budidaya perikanan termasuk rumput laut di Sulawesi Selatan cukup
besar. Selain potensi perikanan yang cukup besar, potensi sumberdaya manusia
yang bergerak di bidang budidaya laut dan tambak juga cukup besar yaitu
mencapai sekitar 50.775 RTP (Rumah Tangga Perikanan).
Banyaknya lahan pertambakan yang
terbengkalai efek dari gagalnya budidaya udang windu dan udang vannamei membuat
pemerintah Sulawesi Selatan menganjurkan untuk memanfaatkan lahan tambak
tersebut untuk pemanfaatan budidaya rumput lautGracilaria sp. Baik secara
monokultur maupun secara polikultur dengan ikan ataupun udang windu. Hasil
produksinya nyata dengan model polikultur sekitar 7-12 ton/ha/siklus rumput
laut basah (setara 700-1.200 kg rumput laut kering), 400-600 kg ikan
bandeng/ha/siklus dan 300-400 kg udang windu/ha/siklus (Ratnawati &
Pantjara, 2002). Sementara rumput laut yang berkembang pada budidaya laut
adalah jenis Eucheuma sp. dan untuk komoditas perikanan lainnya masih
bersifat rintisan.
Hal yang mendukung berkembangnya
budidaya perikanan di Sulawesi Selatan
baik di tambak maupun di laut selain potensi lahan yang masih cukup luas,
teknologinya juga masih sederhana dan tidak padat modal sehingga terjangkau
oleh masyarakat yang berpengetahuan rendah dan memiliki modal yang kecil
(Nurdjana, 2006; Anonim, 2007).
Komoditas-komoditas unggulan
tersebut di harapkan dapat meningkatkan produksi perikanan nasional, membuka
lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan nelayan dan pembudi daya yang dapat
memberikan konstribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Potensi perikanan Kabupaten
Sinjai khususnya budi daya perikanan belum di manfaatkan secara optimal air
laut. Oleh karena itu di butuhkan kerja keras dari semua pihak untuk
pengembangan perikanan budi daya perikanan di Kabupaten Sinjai Khususnya di
Sinjai Utara
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana Potensi Budidaya perikanan di Sulawesi
Selatan?
2.
Bagaimana Potensi Budidaya perikanan di Sinjai
Utara?
3.
Bagaimana Bentuk Budidaya rumput laut di Sinjai
Utara?
4.
Bagaimana Proses Budidaya rumput laut di Sinjai
utara?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan dari makalah ini yaitu:
1.
Mengetahui dan memahami Potensi Budidaya
perikanan di Sulawesi Selatan.
2.
Mengetahui dan memahami Potensi Budidaya
perikanan di Sinjai Utara.
3.
Mengetahui dan memahami Bentuk Budidaya rumput
laut di Sinjai Utara.
4.
Mengetahui dan memahami Proses Budidaya rumput
laut di Sinjai utara .
1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Potensi budi daya Perikanan di Sulawesi
Selatan
Dalam pembangunan wilayah
pesisir, salah satu pengembangan kegiatan ekonomi yang sedang digalakkan
pemerintah adalah pengembangan budidaya rumput laut. Rumput laut merupakan
salah satu komoditas perikanan non migas yang mempunyai prospek yang cukup baik
karena mudah dibudidayakan dan mempunyai kegunaan yang sangat luas yaitu untuk
bahan makanan, industri farmasi, industri kosmetik, industri tekstil, industri
kulit, obat-obatan dan lain-lain.
Sulawesi Selatan menyimpan
potensi sumberdaya kelautan, baik hayati maupun non hayati yang cukup
menjanjikan untuk dikelola. Potensi ini bukan hanya menjadi aset lokal namun
juga nasional jika dikelola dan dimanfaatkan secara arif dan bijaksana. Salah
satu komoditas marikultuer yang sedang dikembangkan dan merupakan salah satu
program pengembangan ekonomi pesisir di Sulawesi Selatan saat ini adalah rumput
laut.
Sulawesi Selatan merupakan
provinsi penyumbang terbesar produksi rumput laut nasional. Peningkatan
produksi tercapai karena lahan yang luas untuk pengembangan rumput laut di
daerah ini, yakni 250 ribu hektare. Prospek rumput laut sangat cerah
dikarenakan kebutuhan pasar dunia akan rumput laut mencapai 300 ribu ton per
tahun (Tribun timur, Edisi : 17 Juli 2008 ). Berdasarkan laporan Dinas
Perikanan dan Kelautan Sulawesi Selatan (2008) produksi rumput laut nasional
mencapai 1.728.475 ton basah pada tahun 2007 lalu atau setara 172.847,5 ton
kering. Sementara produksi rumput laut Sulawesi Selatan telah mencapai 670.740
ton basah atau setara dengan 63.074 ton kering (36,5%). Usaha untuk
meningkatkan produksi rumput laut sangat memungkinkan dapat dicapai, karena
daerah Sulawesi Selatan dinilai memiliki potensi sumberdaya perikanan pantai
yang cukup besar, teknologi budidaya dan pasca panen mudah dilaksanakan serta
tidak membutuhkan modal yang besar (Ujung Pandang Ekspres, Edisi: 29 Oktober
2008).
- Rumput Laut
Produksi Rumput Laut Sulawesi
Selatan mengalami peningkatan sebesar 8,7 % dari tahun 2014 sebesar 2.888.778,8
ton menjadi 3.409.048,2 ton pada tahun 2016.
Rumput laut yang dikembangkan di
Sulawesi Selatan oleh pembudidaya terdiri atas 2 (dua) jenis yang dibudidayakan
dilaut (Eucheuma cottonii dan Spinosium sp) dan satu
jenis yang dibudidayakan ditambak (Gracilaria sp)
Tabel 1.
Produksi Rumput Laut (Eucheuma spp dan Spinosium Sp) Tahun 2014 - 2016
No
|
Kab/Kota
|
Realisasi
|
|
|||
2014
|
2015
|
2016
|
|
|||
Produksi (Ton)
|
Produksi (Ton)
|
Produksi (Ton)
|
|
|||
|
||||||
1
|
Selayar*
|
7,655.8
|
284.9
|
170.2
|
|
|
2
|
Bulukumba
|
128,360.0
|
157,920.0
|
158,440.0
|
|
|
3
|
Bantaeng*
|
86,477.7
|
85,348.8
|
82,628.0
|
|
|
4
|
Jeneponto*
|
120,979.0
|
138,080.7
|
149,885.1
|
|
|
5
|
Takalar*
|
733,972.0
|
846,395.0
|
923,832.0
|
|
|
6
|
Sinjai*
|
12,112.0
|
7,680.0
|
12,220.0
|
|
|
7
|
Maros
|
8.3
|
-
|
-
|
|
|
8
|
Pangkep
|
148,652.0
|
179,603.0
|
202,552.0
|
|
|
9
|
Barru
|
798.0
|
788.0
|
891.6
|
|
|
10
|
Bone
|
125,019.8
|
126,128.2
|
128,204.1
|
|
|
11
|
Wajo*
|
138,504.0
|
263,159.0
|
237,900.0
|
|
|
12
|
Pinrang
|
3,582.3
|
6,754.2
|
9,027.4
|
|
|
13
|
Luwu
|
356,385.5
|
392,024.1
|
244,945.5
|
|
|
14
|
Luwu Utara
|
33,155.5
|
31,441.6
|
33,930.8
|
|
|
15
|
Luwu Timur
|
133,107.0
|
141,798.0
|
145,099.0
|
|
|
16
|
Pare-Pare
|
-
|
27.6
|
-
|
|
|
17
|
Palopo
|
31,123.1
|
31,589.3
|
27,519.0
|
|
|
Jumlah
|
2,059,892.0
|
2,409,022.4
|
2,357,244.7
|
|
||
Tabel 2. Luas
Areal Budidaya Rumput Laut di Laut Tahun 2014 – 2016
No
|
Kab/Kota
|
Realisasi (Ha)
|
||
2014
|
2015
|
2016
|
||
1
|
Selayar
|
191
|
119.9
|
|
2
|
Bulukumba
|
3,209
|
3,225.0
|
3,225.0
|
3
|
Bantaeng
|
3,521
|
3,524.0
|
3,521.0
|
4
|
Jeneponto
|
2,387
|
2,387.2
|
3,212.0
|
5
|
Takalar
|
13,386
|
13,385.7
|
13,385.7
|
6
|
Sinjai
|
375
|
375.0
|
445.0
|
7
|
Maros
|
1
|
0.8
|
0,8
|
8
|
Pangkep
|
3,716
|
3,254.0
|
3,254.0
|
9
|
Barru
|
250
|
250.0
|
250.0
|
10
|
Bone
|
1,756
|
2,045.1
|
2,045.1
|
11
|
Wajo
|
3,235
|
3,235.0
|
3,235.0
|
12
|
Pinrang
|
625
|
3,020.0
|
3,020.0
|
13
|
Luwu
|
7,233
|
7,233.2
|
4,543.0
|
14
|
Luwu Utara
|
829
|
828,9
|
828.9
|
15
|
Luwu Timur
|
3,328
|
4,420.7
|
4,420.0
|
16
|
Pare-Pare
|
-
|
3.0
|
-
|
17
|
Palopo
|
778
|
778.1
|
778.0
|
Jumlah
|
44,820
|
48,085.5
|
46,354.6
|
Sumber : Disperindag Prov. SulSel
Tabel 3.
Produksi Rumput Laut (Gracillaria sp) Tahun 2014 - 2016
No
|
Kab/Kota
|
Realisasi
|
||
2014
|
2015
|
2016
|
||
Produksi
(Ton)
|
Produksi (Ton)
|
Produksi
(Ton)
|
||
1
|
Selayar*
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Bulukumba
|
700.0
|
960.0
|
659.9
|
3
|
Bantaeng*
|
-
|
-
|
-
|
4
|
Jeneponto*
|
-
|
-
|
-
|
5
|
Takalar*
|
76,848.4
|
103,995.0
|
110,473.0
|
6
|
Sinjai*
|
16,964.0
|
11,520.0
|
17,980.0
|
7
|
Maros
|
7.2
|
71.0
|
117.9
|
8
|
Pangkep
|
3,582.6
|
5,719.0
|
5,950.0
|
9
|
Barru
|
-
|
-
|
-
|
10
|
Bone
|
75,499.8
|
75,725.0
|
87,397.8
|
11
|
Wajo*
|
13,205.0
|
13,309.0
|
151.726.0
|
12
|
Pinrang
|
130.3
|
350.1
|
370.9
|
13
|
Luwu
|
271,550.1
|
285,127.6
|
295,637.5
|
14
|
Luwu Utara
|
147,190.8
|
147,990.6
|
149,849.6
|
15
|
Luwu Timur
|
138,802.0
|
151,361.0
|
154,869.0
|
16
|
Pare-Pare
|
-
|
-
|
-
|
17
|
Palopo
|
84,406.6
|
84,569.9
|
76,771.9
|
Jumlah
|
828,886.8
|
880,885.0
|
1,051,803.5
|
Tabel 4. Volume
Eksport Rumput Laut Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014 – 2017
No
|
Komoditi
|
Realisasi
|
||
2014
|
2015
|
2016
|
||
|
Rumput Laut
|
80,895
86,254.0
|
117,655
138,490
|
121,748.4
104,919.6
|
Sumber : Disperindag Prov. SulSel
B. Potensi Budidaya Perikanan Rumput Laut di Sinjai
Budidaya laut merupakan salah
satu potensi yang dimiliki dan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
nelayan. Salah satu yang menjadi komoditas unggulan budidaya laut adalah rumput
lautEuchemma Cotoni denganproduksi pada tahun 2011 sebesar 3.176,48 ton,
dan komoditas ini mengalami peningkatan yang segnifikan. Komoditas lain yang
saat ini sedang di budidayakan adalah rumpur lautSpinosumsp dengan
produksi sebesar 8.720 ton, komoditas ini menjadi salah satu andalan yang cukup
baik karena memiliki daya tahan yang kuat dari serangan hama dan cuaca serta
waktu yang panen yang cukup cepat.
Kabupaten Sinjai memiliki rumput
laut yang berkualitas baik karena terhindar dari polusi udara yang di sebabkan
oleh asap kendaraan bermotor serta memiliki kadar air yang rendah. Saat ini
rumput laut Spinosum sp merupakan primadona budidaya laut. Karena
pemubudidayaan yng sederhana dengan model yang tidak terlalu banyak, serta masa
budidaya yang cukup singkat antara 30 – 50 hari prospek pasar yang sangat baik.
Potensi budidaya rumput lautSpinosium sp terlihat seperti table di bawah
ini :
NO
|
RUMPUR LAUT
|
POTENSI LAHAN(Ha)
|
PRODUKSI (TON)
|
||
1.
|
Simposium sp
|
620
|
8.720
|
||
2.
|
Euchemma cottoni sp
|
-
|
-
|
||
TOTAL
|
620
|
8.72
|
|||
Peningkatan produksi rumput laut
tak terlepas dari perhatian pemerintah daerah dan pusat yang sangat besar baik
berupa bantuan lansung dan bantuan Pembinaan serta di tunjang sarana prasarana
pengolahan rumput laut agar berkualitas semakin baik. Potensi lahan budidaya
yang sangat luas dan layak untuk pengembangan budidaya serta harga yang
kompetitif mandorong peningkatan jumlah budidaya rumput laut ini.
Pada tahun 2012 pemerintah pusat melalui DIPA Badan Nasional
Penanggulanagn Bencana (BNPB) memberikan bentuan pembudidayaan mulai dari tali,
bibit, serta modal pengembangan usaha.
1. Budidaya Air Payau
Potensi lahan budidaya air payau
di hitung berdasarka kriteria kelayakan teknis dan lahan yang telah di
manfaatkan untuk kegiatan budidaya air payau. Berdasarkan kajian Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya terdapat 774.000 ha tersedia untuk pengembanagan.
Dari luas lahan yang ada, baru
lahan budidaya air payau yang pemanfaatannya cukup tinggi mencapai 72,7 %.
Lahan budidaya air payau sebagian besar di manfaatkan untuk budidaya udang,
bandeng dan rumput laut di tambak. Produksi perikanan budidaya air payau atau
tambak di Kabupaten Sinjai cukup potensial dengan potensi lahan tambak mencapai
716,50 Ha. Budidaya air payau memberikan konstribusi yang cukup besar dalam
peningkatan kesejahteraan pembudidaya. Budidaya air payau di kelolah untuk
mengembangkan komoditas unggulan yang meliputi : ikan bandeng, udang, kepiting,
dan rumput laut gracilaria, sp. Komoditi ini telah menjadi salah satu
prioritas utama Pemerintahan kabupaten Sinjai untuk mendukung Privinsi Sulawesi
Selatan sebagai sentra ikan bandeng, udang dan rumput laut.
Olehnya itu untuk mendukung hal
tersebut di atas, maka di perlukan proses budidaya yang harus memperhatikan
berbagai pendukung untuk mencegah tercemarnya hasil budidaya dari bahan.
Peningkatan mutu untuk memberikan
jaminan keamanan pangan dan bahan cemaran sesuai persyaratan pasar. Sesuai
dengan peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004, maka pembudidayaan ikan perlu
menerapkan cara berbudidaya yang benar sebagaimana diatur dalam KEPMEN Kelautan
dan Perikanan No. KEP 02/Men/2007 tentang cara Budidaya ikan yang Baik (CBIB),
dimana Kabupaten Sinjai sudah memiliki kelompok bersertifikat sebanyak 4
kelompok.
2. Rumput Laut Gracilaria sp
Perkembangan rumput laut di
Indonesia terus mengalami peningkatan seiring dengan banyaknya permintaan pasar
akan rumput laut dunia. Salah satu penyebab utama belum terpkanyaenuhinya
pasaran rumput laut adalah masih banyaknya pengusaha rumput laut yang
mengandalkan produksi alami tanpa di sertai kegiatan pembudidayaan. Factor
penting yang menjadi penentu keberhasilan budidaya rumput laut adalah memilih
lokasi, penggunaan bibit, metode budidaya serta pemeliharan. Rumput laut
Gracilalaria sp merupakan sumber utama bagi agar, banyak di gunakan dalam
industry makanan, bahan pembiakan bakteri, teknologi elektroforesis dan
sebagainya. Kabupaten Sinjai memiliki areal budidaya rumput laut seluas 716,50
Ha, dengan jumlah produksi pada tahun 2012 sebesar 132 ton, mengalami
peningkatan yang cukup segnifikan. Kualitas rumput laut yang di kelolah dengan
pola konvensional oleh pembudidayaan rumpu laut memiliki kualitas yang cukup tinggi
karena kondisi perairan pesisir cukup terlindung dari aktifitas industri yang
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.
Potensi pengembangan budidaya
rumput laut Gracillaria sp diperlihatkan pada table dibawah :
NO
|
KECEMATAN
|
POTENSI LAHAN (Ha)
|
PRODUKSI (TON)
|
1.
|
Sinjai Utara
|
364,05
|
1.907,66
|
2.
|
Sinjai Timur
|
332,30
|
1.714,75
|
3.
|
Tellulimpoe
|
20,15
|
110,59
|
TOTAL
|
716,50
|
3.760,00
|
C. Budidaya Rumput Laut
1. Klasifikasi rumput Laut Gracillaria
a.
Divisio :Rhodophyta
b.
Kelas
:Florideophyceae
c.
Ordo :Gracilariales
d.
Famili :Gracillariaceae
e.
Genus : gracillaria
f.
Spesies :Eucheumaspinosum
2. Klasifikasi rumput laut Eucheuma spinosum
Menurut Atmaja et al., (1996) adalah
sebagai berikut :
a.
Divisio : Rhodophyta
b.
Kelas : Rhodophyceae
c.
Ordo : Gigartinales
d.
Famili : Solieriaceae
e.
Genus : Eucheuma
f.
Spesies : Eucheuma spinosum
Morfologi rumput laut jenis
gracillaria sp tidak memiliki perbedaan antara akar, batang,dan daun. Tanaman
ini berbentuk batang yang disebut dengan talus dengan berbagai bentuk
percabangannya, secara alami gracillaria hidup dengan melekatkan tallusnya pada
subtrat yang berbentuk pasir, lumpur, karang mati, batu.
3. Syarat Tumbuh
Tahap awal yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan budidaya gracilaria dalam tambak, antara
lain adalah keadaaan tambak yang akan digunakan (termasuk dasar tambak sebagai
substrat), kualitas air dalam tambak dan sekitarnya, serta bibit tanaman baik
mengenai jenis dan kualitasnya.
a.
Keadaan Tambak
1)
Keadaan dasar tambak yang paling ideal adalah
pasir yang mengandung lumpur atau tanah yang mengandung pasir dengan sedikit
lumpur. Perlu diusahakan supaya dasar tambak tidak terlalu banyak mengandung
lumpur (ketebalan lumpur maksimal 15 sampai 20 cm) dan bila dipandang perlu
dapat dilakukan pengurasan lumpur. Beberapa alternatif bentuk/disain tambak
dapat dilihat pada lampiran.
2)
Tambak harus bersih dari tanaman lain yang dapat
membusuk, terutama yang dapat meningkatkan derajat keasaman dasar tambak.
Derajat keasaman (pH) dasar tambak berkisar antara 6 sampai 9 dan yang paling ideal
adalah sekitar 6,5 sampai 8,5. Untuk mengurangi keasaman dapat dilakukan terlebih
dahulu "penebaran kapur".
3)
Tambak harus memiliki saluran air yang baik dan
bersih (tidak terlalu banyak mengandung lumpur), serta setiap petak tambak
diusahakan memiliki 2 (dua) buah pintu air, yang akan berfungsi sebagai
pintu-pintu untuk air masuk dan air keluar.
4)
Pasang-surut air laut harus mempengaruhi
kondisi air di dalam tambak untuk melakukan pergantian air.
5)
Gelombang atau arus air di dalam tambak (sebagai
akibat angin atau pengaruh pasang surut) diupayakan tidak terlalu besar,
sehingga tidak mengakibatkan berkumpulnya tanaman pada suatu tempat tertentu.
Akan tetapi gelombang dan arus air di dalam tambak harus cukup untuk memberikan
gerakan bagi tanaman.
6)
Pematang tambak supaya diusahakan cukup rapih
dan dapat digunakan sebagai sarana jalan dalam pengelolaan tambak dan/atau
dapat difungsikan pula sebagai tempat penjemuran hasil panen dengan menggunakan
alas.
b.
Kualitas Air
1)
Salinitas air berkisar antara 12o/oo - 30o/oo
dan yang ideal sekitar 15o/oo - 25o/oo,
2)
Suhu air berkisar antara 180C sampai 300C dan
yang ideal sekitar 200C sampai 250 C.
3)
pH air dalam tambak berkisar antara 6 sampai 9
dan yang ideal sekitar 6,5 sampai 8,5.
4)
Air tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan
(turbidity) air masih cukup bagi tanaman untuk menerima
sinar matahari.
4.
Pemilihan Lokasi Budidaya
Pemilihan
lokasi budaya sangat penting untuk dilakukan sebelu melakukan budidaya, hal ini
akan sangat menentukan keberhasilan budidaya rumput laut Gracilaria. Ada dua
hal pokok yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi budidaya, pertama
kondisi tambak secara alami dan kondisi tambak yang dapat disiasati secara
tehnis.
a. Kondisi Alami
tambak
Masing-masing daerah mempunyai sifat
dan kondisi lokasi yang berbeda dan merupakan keadaan yang memang telah ada
pada tambak, inilah yang disebut sebagai kondisi alami tambak yaitu.
1)
Lokasi tambak, lokasi tempat
budidaya pada umumnya berjarak antara 300 hingga 1000 meter dari laut,
hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap
salinitas air tambak yang akan digunakan sebagai tempat budidaya. Lokasi
tambak yang terlalu dekat dengan laut akan menyebabkan salinitas air terlalu
tinggi yang akan menyebabkan rumput laut tidak dapat tumbuh dengan baik begitu
juga sebaliknya. Pada jarak 300 hingga 1000 meter ini, tambak akan mengikuti
pola pasang surut air laut sehingga pergantian air akan berlangsung dengan
baik.
2)
Pilihlah lokasi dimana struktur
tanah tambak berupa tanah berpasir yang sedikit bercampur
lumpur.
3)
Lakukan pengukuran tingkat kadar
garam (salinitas), salinitas air laut syarat tumbuh rumput laut Gracilaria
adalah antara 15-30ppt.
4)
Suhu air yang ideal bagi pertumbuhan
Gracilaria adalah antara 20 hingga 28 derajat Celcius.
5)
Tingkat keasaman (pH) adalah antara
6 hingga 9
6)
Dekat dengan sumber air tawar, hal
ini diperlukan untuk mengurangi salinitas ketika kadar air tambak terlalu asin.
b. Kondisi tambak
yang dapat disiasati
Maksudnya adalah bahwa kondisi dari
suatu tambak dapat diperbaiki saat keadaan tambak kurang atau tidak sesuai
dengan standar budidaya rumput laut, antara lain:
1)
Pilihlah
lokasi tambak yang dapat dengan mudah diatur sirkulasi airnya.
2)
Kedalaman air dapat disesuaikan
dengan kebutuhan, kondisi idealnya adalah tambak tersebut mempunyai kedalaman
antara 0,5 hingga 1 meter
3)
Tidak terkontaminasi oleh polusi
berupa limbah industry atau polusi lainnya yang akan mengganggu pertumbuhan
rumput laut
4)
Kondisi air tidak terlalu keruh,
sehingga sinar matahari dapat menembus kedalaman air yang akan akan digunakan
untuk budidaya yang akan mempermudah bagi rumput laut untuk melakukan
fotosintesis.
5)
Kondisi tambak mudah dibuat saluran
sirkulasi air baik keluar tabak maupun ke dalam.
5. Penanaman
Budidaya rumput
laut Gracilaria lebih mudah dilakukan jika dibandingkan dengan rumput laut
Eucheuma Cottonii, karena lokasi budidayanya berada di tambak sehingga tidak
perlu diikat dan dan dapat dilakukan pemupukan jika kondisi rumput laut
memperlihatkan tanda-tanda kurang subur. Kondisi air tambak yang tenang juga
membuat rumput laut tidak hanyut oleh arus air. Adapun persiapan yang harus
dilakukan adalah.
Persiapan Lahan
budidaya dan penanaman
Langkah ini
diperlukan untuk membuat kondisi tambak menjadi kondusif terhadap proses
pertumbuhan rumput laut Gracilaria yang dibutuhkan. Kondisi tambak yang kurang
standar akan mengganggu pertumbuhan rumput laut, hal-hal yang harus dilakukan
untuk mempersiapkan lahan antara lain;
a.
Keluarkan seluruh air yang ada
didalam tambak , setelah air habis taburkan pupuk kandang diatasnya kemudian
dilakukan pembajakan atau dicangkul agar tanah dan dan pupuk dapat tercampur.
Dapat juga dicampurkan TSP jika kondisi tanah terlalu keras. Ketebalan tanah
pada dasar lahan budidaya idealnya berada pada ketebalan antara 10 hingga 15
CM. Setelah selesai dilakukan pembajakan, biarkan permukaan tambak terpapar
sinar matahari hingga kering selama kurang lebih 3 hari.
b.
Semprotkan saponin untuk membunuh
pathogen tambak dan hama lain yang dapat mengganggu pertumbuhan rumput
laut yang akan di tanam. Dosis penyemprotan Saponin adalah 40 hingga 50 KG
per-hektar, setelaha dilakukan penyemprotan masukkan air kembali kedalam tambak
hingga kedalaman 20 CM diamkan selama satu hari satu malam kemudian keringkan
kembali.
c.
Setelah tambak mengering kembali
bersihkan gulma, bangkai binatang dan sampah dari dalam kolam agar nantinya
tidak mengganggu pertumbuhan rumput laut.
d.
Persiapkan bibit yang telah
disediakan, tentang cara pemilihan bibit silahkan baca artikel dengan
judul Cara Pembuatan Bibit Eucheuma Cottonii, dalam artikel tersebut secara
spesifik membahas tentang cara pembuatan bibit Eucheuma Cottonii, namun pada
prinsipnya dalam pengelolaan bibit Gracilaria tidak jauh berbeda dengan
pengelolaan bibit E.Cottonii.
e.
Masukkan kembali air kedalam
tambak setinggi 10 CM dan lakukan penebaran bibit secara merata, jangan
terlalu rapat juga jangan terlalu jarang. Penebaran bibit dilakukan sore hari
untuk menghindari terjadinya stress pada rumput laut. 1 hektare tambak
dibutuhkan bibit 1 ton, jika memperlihatkan pertumbuhan baik maka dapat dapat
ditambah lagi 1 ton bibit.
f.
Setelah penebaran bibit selesai
masukkan kembali air hingga ketinggian 50 CM dan usahakan salinitas air berada
pada level 15 hingga 30 ppt.
6.
Pemeliharaan
Rumput laut
Gracilaria lebih mudah dipelihara dibandingkan dengan rumput Eucheuma Cottonii,
penyebabnya adalah lokasi budidaya rumput laut Gracilaria yang berada di tambak
yang bisa dikatakan tanpa arus air, sehingga jika ada masalah kesuburan dapat
dilakukan pemupukan. Pada rumput laut Eucheuma Cottonii kadang rumput laut yang
ditanam patah karena terjangan ombak dan meyebabkannya jadi hanyut dan
kerusakan pada tali bentangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada
pemeliharaan ruput laut Gracilaria antara lain:
a.
Rumput laut menyerap makanan dari
air tempat tumbuhnya, oleh karena itu ketersediaan unsur makanan didalam air
sangat diperlukan untuk pertumbuhan rumput laut , untuk keperluan itu
pergantian air di dalam tambak sangat penting dilakukan untuk memperbarui unsur
hara tempat tumbuhnya rumput laut. Penggantian air harus dilalukan minimal 1
kali dalam 1 Minggu, penggantian air dapat dilakukan dengan memanfaatkan pasang
surut air laut.
b.
Pada masa awal pertumbuhan usahakan
kedalaman air berada pada 40 hingga 50 CM, pertahankan kedalaman tersebut
hingga tanaman mencapai umur tiga Minggu, selanjutnya pada minggu keempat
hingga masa panen (Minggu ke-8) kedalam air di kondisikan pada kedalaman 60
hingga 70 CM.
c.
Amati tanaman pada minggu ke-dua,
jika memperlihatkan tanda-tanda kurang subur lakukanlah pemupukan dengan pupuk
yang mengandung unsur N seperti urea. Jika tanaman sudah berkembang lakukanlah
pemecahan rumput laut yang telah tumbuh subur untuk kemudian disebarkan ke
daerah yang masih jarang terdapat rumput laut.
d.
Bersihkan rumput laut dari lumpur,
sampah dan tanaman lain yang tumbuh bersama rumput laut agar tidak menjadi
competitor dalam penyerapan unsur hara.
e.
Bersihkan tambak dari
binatang-binatang yang dapat menjadi predator bagi rumput laut seperti keong,
kerang, sumpil, ikan mujahir, berang-berang dan lain sebagainya.
f.
Hindarkan tambak dari suplay air
tawar yang berlebihan yang dapat menurunkan salinitas air tambak yang dapat
mengganggu pertumbuhan rumput laut.
7.
Tekhnik Pemecahan Bibit
Pilihlah rumput
laut yang mengalami pertumbuhan pesat kemudian pisahkan rumput laut tersebut
menjadi 3 atau 4 bagian. Hasil pemecahan dapat ditanam pada tambak baru
atau dapat digunakan untuk menyulam bagian tambak yang masih kosong atau
jarang. Pada 2 minggu berikutnya lakukan pemecahan lagi dan lakukan hal yang
seperti 2 minggu sebelumnya.
Setelah
pemecahan ke-2 jangan dilakukan pemecahan lagi agar usia tanam dapat seragam
dan biarkan hingga 7 sampai 8 minggu hingga siap panen. Pada usia 7 hingga 8
Minggu apabila rumput laut tumbuh dengan baik dasar tabak sudah dipenuhi oleh
rumput laut Gracilaria.
8. Pemupukan
Seperti pada tanaman lain, rumput
laut gracilaria juga memerlukan nutrisi pada pertumbuhannya seperti nitrogen,
phosphat dan kalium serta oksigen. Penggunaan pupuk dalam budidaya ini akan
tergantung kepada kualitas nutrisi di dalam air tambak. Untuk itu dianjurkan
dilakukan analisis kualitas air tambak untuk mengetahui kandungan nitrogen,
phosphat dan kalium. Hasil analisa tersebut dapat digunakan untuk menetapkan
jumlah pupuk yang perlu digunakan. Pada prinsipnya, pada empat minggu pertama,
tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi nitrogen, sedangkan dua atau tiga
minggu sebelum panen tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi phosphat.
Kendala yang dihadapi dalam
pemupukan adalah seringnya perggantian air di dalam tambak, karena itu pupuk
dalam bentuk pelet relatif lebih efektif karena dapat melepas nutrisi secara
bertahap. Apabila di dalam tambak mudah tumbuh alga hijau, maka hal ini
menunjukkan bahwa kandungan nitrogennya sudah cukup. Dari hasil pengamatan maka
dianjurkan bahwa pada 4 minggu pertama diperlukan sekitar 10 kg/ha pupuk yang
banyak mengandung nitrogen, dan ditebar secara bertahap. Sedangkan untuk 2
sampai 3 minggu berikutnya diperlukan sekitar 5 kg/ha pupuk yang lebih banyak
mengandung phosphat yang ditebar secara bertahap. Penebaran lebih tepat
dilakukan pada saat setelah dilakukan penggantian air tambak.
9.
Pengendalian
Hama dan Penyakit
Tanaman rumput laut termasuk
tahan hama kecuali ikan baronang dan lumut, cara pengendalian adalah dengan
cara diversifikasi bandeng untuk membasmi lumut sedangkan untuk pengendalian
hama ikan lainnya (baronang) digunakan pestisida,seperti drosban.
10. Panen
Tanaman rumput laut dapat dipanen
bila usia pemeliharaan sudah mencapai 25 – 30 hari. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemanenan antara lain :
a.
Panen dilakukan saat air disurutkan
b.
Panen dilakukan saat umur tanaman 35-40 hari,
selanjutnya setelah 26-30 hari
c.
Panen dilakukan dengan cara memetik tanaman
secara merata dengan meninggalkan sebagian sebagai bibit
d.
Setelah panen selesai segera dimasukkan air baru
kemudian dilakukan pemupukan ulangan
11. Pascapanen
a.
Rumput laut di cuci dan dibersihkan
b.
Penjemuran dilakukan diatas pematang dengan yang
dialasi rang atau faring
c.
Lama penjemuran 1-2 hari, atau tergantung terik
matahari
d.
Rumput laut yang kering apabila digenggam dan
kemudian dilepaskan akan mengembangkembali dan warnanya coklat kehijauan dan
kehitam-hitaman
e.
Rumput laut yang sudah kering disimpan pada
tempat yang kering dan terlindungi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sinjai Utara Menjadi salah satu
kecamatan di kabupaten Sinjai yang mempunyai potensi besar dalam budi daya
perikanan khususnya budi daya rumput laut. Kondisi ini membuat peluang Sinjai
Utara menjadi salah satu kecamatan yang mampu menopang tingkat ekonomi
masyarakat kabupaten Sinjai yang juga kebanyakan berprofesi sebagai penambak
atau petani tambak.
Keunggulan Sinjai Utara dalam
bidang budi daya rumput laut telah menjadi rahasia publik karena daerah yang
cukup strategis dengan laut dan teluk sebagai daerah alirannya jadi wajar
masyarakat kabupaten Sinjai utara ada yang berprofesi sebagai petani tambak,
karena nilai jual ekonomis rumput laut yang cukup tinggi.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas
maka disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1.
Peran Pemerintah sangat dianjurkan dalam
pembinaan kelompok tani dengan penyediaan bibit rumput laut yang berkualitas
tinggi agar dalam Pemberian dan pemakaian sarana produksi bibit, pupuk,
pengendalian Hama penyakit perlu ditingkatkan untuk mendapatkan produksi yang
optimal.
2.
Peran Pemerintah di harapkan mampu menjaga kestabilan
harga Rumput laut agar Petani Tambak tidak Merugi melalui Penanganan proses
rumput laut seperti waktu panen, kebersihan, kekeringan dan pengepakan harus
mengikuti perlakuan teknis sehingga dapat bersaing di pasaran terutama untuk
mendapatkan nilai jual yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
https://raheemtabet.wordpress.com/2014/10/16/tekhnik-budidaya-rumput-laut-gracilaria-di-tambak/
http://abdulhalimakbar.blogspot.co.id/2014/05/potensi-perikanan-budidaya-sinjai.html
https://sulselprov.go.id/pages/komoditas-unggulan-rumput-laut
http://yukitamari.blogspot.co.id/2011/12/budidaya-rumput-laut.html
http://arsal-arsenal.blogspot.co.id/2014/06/budidaya-rumput-laut-di-tambak-air-payau.html
http://nurulwahida93.blogspot.co.id/2012/10/budidaya-rumput-laut.html
http://nurulwahida93.blogspot.co.id/2012/10/budidaya-rumput-laut.html
http://nurulwahida93.blogspot.co.id/2012/10/budidaya-rumput-laut.html
https://waringikan.wordpress.com/2017/10/23/cara-mudah-dan-tepat-budidaya-rumput-laut/
http://teknikcarabudidaya.blogspot.co.id/2012/05/cara-budidaya-rumput-laut-di-tambak.html
Promo Fans^^poker :
BalasHapus- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Mantap bro jangan lupa kunjungi blog saya buat liat yang MantapMantap
BalasHapus